Namun pihak Perhutani KPH Bondowoso sebagai pemangku wilayah menepisnya. Memang diakui, jika banjir bandang karena hutan lindung banyak yang sudah gundul. Tapi bukan disebabkan alih fungsi hutan. Melainkan disebabkan kebakaran, yang kemudian diikuti intensitas hujan yang tinggi.
"Dari observasi yang sudah kami lakukan, kemungkinannya dari hutan lindung petak 101-2 RPH Blawan," jelas Administratur Perhutani KPH Bondowoso, Agus Sarwedi, saat dikonfirmasi via telepon, Jumat (31/1/2020).
Dia memaparkan, petak tersebut memiliki luas baku sekitar 75 hektar. Dari jumlah tersebut, 60 hektar di antaranya terbakar sejak tahun 2019.
"Di petak itu memang terdiri dari tegakan tanaman rimba campur dan alang-alang. Pada kebakaran 2019 kemarin, habis terbakar total," tandas Agus Sarwedi.
Bukan cuma itu, sambungnya, kawasasan tersebut juga terletak di dekat pertemuan dua curah atau lembah. Yakni Curah Wedi. Akibatnya, saat curah hujan tinggi memiliki dayang dorong makin besar ke hilir.
Untuk diketahui, banjir bandang menerjang Desa Sempol Kecamatan Ijen, Kamis (29/1/2020) sore. Air bercampur lumpur tersebut diduga berasal dari lereng Gunung Raung.
Kejadian yang melanda kecamatan berbatasan dengan Banyuwangi, tak hanya menggenangi jalan raya. Tapi masuk ke rumah warga di dua desa, yakni Desa Sempol dan Desa Kalisat.
Ratusan rumah warga di kedua desa tersebut diterjang air bercampur kayu dan material lain. Sejumlah fasilitas umum juga terdampak. Yakni gedung sekolah, jembatan, serta fasilitas lainnya.
Beberapa kalangan menyebut jika banjir bandang tersebut disebabkan karena adanya alih fungsi hutan di kawasan lereng Raung dan Suket. Sebab, di kawasan itu memang banyak lahan pertanian kentang dan kubis. (fat/fat)