Klenteng di Desa Glagahwero, Kecamatan Panti, ini mensucikan menggunakan sabun dan sampo yang umum digunakan sehari-hari. Puluhan patung dewa itu dibersihkan dengan telaten oleh belasan pengelola TITD bersama perwakilan umat.
Kemudian sebagai langkah terakhir, disiram dengan air teh, air bunga, dan dilumuri minyak cendana, untuk disucikan dan memberikan keharuman di sekitar klenteng.
"Bersih-bersih tempat ibadah ini, karena selama setahun belakangan banyak didatangi umat yang (memiliki) banyak persoalan. Tidak hanya hal baik, yang jahat pun ada," kata Wakil Ketua TITD Pay Lien San Hery Novem Stadiono saat dikonfirmasi wartawan.
Sehingga rutin setiap tahun, sebelum tahun baru imlek, puluhan patung-patung dewa ini dimandikan dan disucikan. Karena diyakini, energi negatif dari orang jahat ataupun baik, terserap.
"Oleh karena itu pentingnya dimandikan dan disucikan itu, supaya dilebur. Istilahnya kalau umat Islam itu kembali fitri, kembali suci," jelasnya.
Sehingga noda-noda kotoran ini dapat dibersihkan kembali bersih. Diketahui puluhan patung yang ada, berada di 16 altar berbeda. "Termasuk 1 dewa yang punya banyak pose, dalam 1 altar," sambungnya.
Untuk memandikan puluhan patung dewa-dewa itu, lanjut Hery, layaknya menggunakan alat mandi yang biasa digunakan sehari-hari. "Sabun dan sampo yang biasa kita gunakan untuk mandi, dan juga air teh, air bunga, dan minyak cendana," sebutnya.
Alasan penggunaan alat-alat untuk membersihkan itu, lanjutnya, pertama diyakini dibersihkan layaknya manusia pada umumnya.
"Kemudian disucikan menggunakan air teh, agar tidak ada rayap, istilah jawanya Nonor itu, kemudian diguyur air bunga untuk mensucikan, dan terakhir (minyak) cendana agar harum," pungkasnya. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini