Banyuwangi - Penanganan sampah di Desa Sumbermulyo, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, sudah menggunakan lalat Maggot. Puluhan ton sampah organik di kecamatan tersebut, habis terurai dan menghasilkan rupiah bagi masyarakat.
Adalah Pokmas Pega Indonesia, telah mengembangkan budidaya Maggot itu. Maggot, berasal dari larva lalat Black Soldier Fly (BSF). Dimana dalam proses siklus pertumbuhan, membutuhkan sampah sebagai bahan makanan. Khususnya dari limbah dapur, seperti sayuran sisa, buah, sisa makanan atau dari jenis sampah organik.
Ketua Pokmas Pega Indonesia, Sundariyanto menyebutkan, budidaya maggot mereka lakukan sejak Juli 2019 lalu. Atas dukungan dari CSR perusahaan tambang emas PT Bumi Suksesindo (PT BSI) mereka belajar hingga ke Institut Teknologi Bandung (ITB).
"Hingga Desember 2019, kita sudah mampu mengurai 14 ton sampah organik, termasuk sisa makanan dari PT BSI, dan hanya menyisakan 8 drum pupuk organik yang siap pakai," kata Sundariyanto sata dikonfirmasi, Selasa (7/1/2020).
Dijelaskan, guna memastikan bisa dicerna larva maggot, seluruh sampah organik digiling terlebih dahulu. Selanjutnya difermentasi selama 4 hari. Setelah itu baru disuguhkan kepada larva maggot. Fase larva usia 12 - 18 hari, larva mengkonsumsi limbah organik dengan sangat rakus.
"Satu kilogram larva maggot, per jam bisa memakan 15 sampai 20 kilogram sampah organik," ungkap Sundariyanto.
Saat usia 7 sampai 15 hari, lanjutnya, larva maggot sudah bisa dijadikan makan ikan. Namun, pihak Pokmas Pega Indonesia, lebih fokus pada produk turunan Maggot. Diantaranya untuk dikeringkan dan atau dijadikan Dried Maggot.
"Turunan ini kaya akan protein dan asam amino yang baik untuk hewan. Bisa dimanfaatkan untuk menggantikan pakan pada produksi ikan dan unggas. Tekstur Dried Maggot mampu mengapung di air tanpa campuran bahan lain, jadi sangat cocok untuk pakan ikan hias," jelasnya.
Saat maggot mulai berwarna coklat, atau usia 15 - 20 hari bisa diolah menjadi konsentrat, dengan bahan tambahan bekatul. Kandungan minyak pada larva maggot memiliki kandungan asam lemak baik yang cocok untuk bahan pembuatan kosmetik maupun obat.
"Maggot yang sudah memasuki siklus menjadi Pupa, juga mengandung senyawa Chitin yang merupakan senyawa penting bagi pembuatan pelapis makanan," jelasnya.
Meski demikian, Pokmas Pega Indonesia, juga tetap melayani konsumen yang ingin membeli larva maggot dan bibit maggot. Harga yang ditawarkan, untuk maggot perkilogram dibandrol Rp 6 ribu. Sedang bibit maggot dijual Rp 6 - 7 ribu per gram. "Untuk bibit, konsumen kami bukan hanya dari lokal Banyuwangi, tapi juga dari Kalimantan, Bandung, Bali, Magetan, Jember, Bangka, Malang dan lainnya," kata Sundariyanto.
Pokmas Pega Indonesia, juga melakukan pembiakan lalat BSF. Tujuanya guna memastikan proses pembibitan terus berkesinambungan. Sebagian larva maggot, di biarkan tumbuh hingga menjadi Pupa, yang selanjutnya berubah menjadi lalat. Selanjutnya lalat akan bertelur dan ditetapkan. Lalat betina, masih Dirga, dapat menetaskan hingga lebih dari 500 telur pada tempat yang kering. Dan dari telur lalat yang sudah menetas, satu minggu sudah tumbuh menjadi larva maggot.
Mengingat pentingnya penyelesaian masalah sampah, dalam praktiknya Pokmas Pega Indonesia, membuka peluang seluas-luasnya bagi pihak yang ingin belajar atau akan menjadi pembudidaya maggot. Bagi yang berminat bisa datang langsung ke Sekretariat Pokmas Pega Indonesia di Dusun Mulyoasri, Desa Sumbermulyo, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi. Atau via instagram bsf_pega_indonesia.
Budidaya manggot warga Banyuwangi/ Foto: Ardian Fanani |
Dikonfirmasi terpisah, Senior Manager External Affairs PT BSI, Sudarmono mengaku sangat mendukung apa yang dilakukan Pokmas Pega Indonesia. Mengingat sampah adalah masalah kompleks yang dialami seluruh elemen masyarakat. Tak terkecuali di Banyuwangi.
"Ini adalah inovasi baru dalam mengatasi permasalahan sampah, masalah sampah bisa teratasi, juga masih bisa mendatangkan rupiah," ucapnya.
Menurutnya, dukungan yang diberikan oleh PT BSI adalah wujud apresiasi terhadap Pokmas Pega Indonesia. Sekaligus sebagai bentuk sinergitas pada program Pemerintah Daerah Banyuwangi, khususnya dibidang kesehatan dan lingkungan dalam penanggulangan sampah dengan prinsip 'zero waste'.
"Semakin banyak sampah yang bisa diurai, maka kesehatan lingkungan juga akan semakin baik," kata Sudarmono.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini