Balita itu masih berusia 7 bulan. Ketika dilahirkan, sudah terlihat gejala hydrocephalus yang ditandai dengan ukuran kepala yang besarnya melebihi ukuran normal.
Ayahnya Kusdiantoro (26) seorang buruh tani yang tidak tentu penghasilannya. Sementara ibunya Nur Khofifah Aisyah (21), tak bisa memberinya ASI karena kondisi fisik Zahra tak memungkinkan menyusu langsung ke ibunya.
Keluarga kecil ini, menumpang di rumah nenek mereka, Warida (44) di Dusun Kalimeneng Rt 01 Rw 09 Desa Sidomulyo Kecamatan Bakung Kabupaten Blitar.
Serangkaian pemeriksan dan tindakan medis telah dilakukan. Zahra telah menjalani operasi kepala di RSUD Saiful Anwar Malang pada April lalu. Semua biaya pengobatan ditanggung pemerintah melalui jaminan layanan kesehatan. Seharusnya pada Juni lalu, Zahra kembali diperiksa kondisi pascaoperasi dan dilakukan pemeriksaan bagian kepala.
"Dokternya bilang, sebulan lagi balik kesini untuk di MRI begitu katanya. Tapi untuk kesananya itu, kami ndak ada biaya," ucap Warida kepada detikcom, Kamis (19/12/2019).
Dari rumah nenek Zahra menuju kota kecamatan itu jaraknya sekitar 8 KM. Dari situ menuju kota Kabupaten Blitar berjarak sekitar 35 KM. Sementara tak ada kendaraaan transportasi umum yang dari sana menuju Terminal Patria Kota Blitar.
"Punya kami hanya motor lama itu. Tapi ya kasihan cucu saya kalau diajak naik motor, kondisinya bisa tambah parah," ujar Warida sambil meneteskan air mata.
Warida bilang, kalaupun mereka ada rezeki akan memilih membelikan susu buat Zahra. Karena hanya susu penambah berat badanlah yang membuat bayi mungil itu bertahan.
"Sebenarnya sejak dioperasi itu kepalanya tidak tambah besar. Cairan juga keluar terus dari selangnya ini. Harusnya sudah diganti selangnya ini, tapi kami buat beli susunya saja sudah berat. Harga satu kaleng 400 gram itu Rp 251 ribu," ungkapnya.
Warida memang harus berhitung cermat dengan penghasilan yang didapat menantunya. Dia melihat, perkembangan berat badan cucunya kelihatan naik. Jika bulan kemarin hanya sekitar 4 kg, pada bulan ini sudah naik menjadi 5 kg lebih.
"Begitu ada uang, ya saya belikan susu. Sudah gitu ada uang lagi, beli susu lagi. Jadi sudah ndak bisa menyisihkan buat biaya perjalanan ke Malangnya," kata Warida.
Saat ini, yang membuat nenek dan orang tuanya khawatir ketika tubuh Zahra tiba-tiba demam tinggi. Mereka hanya mampu membawanya ke bidan desa untuk diberi obat penurun panas.
Masalah yang menimpa keluarga ini sudah diketahui perangkat desa setempat. Bantuan pernah diberikan, saat Zahra harus dibawa ke RSUD Saiful Anwar untuk menjalani operasi.
"Ya sekali, dibantu Rp 500 ribu buat bayar ambulance dan nunggu sampai selesai operasinya cucu," pungkasnya.
Tonton juga video Bayi Pandu yang Ditinggal Bapaknya akan Dioperasi:
(fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini