Di Gresik, Cak Nun Bahas soal Perbedaan Pancasila dan Demokrasi

Di Gresik, Cak Nun Bahas soal Perbedaan Pancasila dan Demokrasi

Deny Prastyo Utomo - detikNews
Selasa, 17 Des 2019 18:22 WIB
Acara Ngaji Bareng di Gresik/Foto: Istimewa
Gresik - Indonesia yang kaya merupakan wujud dari sifat rahman dan rahim dari Allah SWT. Untuk itu, perlu dikelola dan dimanfaatkan dengan baik untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Tentang itu menjadi salah satu bahasan dalam acara Ngaji Bareng yang berlangsung di Lapangan HSS Bungah, Kecamatan Bungah, Gresik. Acara itu menghadirkan ulama dan budayawan KH Mustofa Bisri (Gus Mus) serta Emha Ainun Nadjib bersama grup musik Kiai Kanjeng.

Acara itu digelar salah satu tokoh di wilayah itu, H Saiful Arif.
Emha atau yang biasa disapa Cak Nun mengatakan, banyak pemimpin yang tak meneladani Rasulullah Muhammad SAW, ketika 10 tahun memimpin setelah ada kesepakatan perjanjian madaniyah.


Bahkan telah terjadi adopsi demokrasi dari negara barat yang sangat berbeda dengan ideologi Pancasila. Sebab, demokrasi merupakan kebebasan tanpa ada batasan-batasan.

"Pancasila adalah kebebasan dengan batasan kepatuhan kepada Allah SWT. Jadi demokrasi dan Pancasila beda," kata Cak Nun di peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Senin (16/12/2019) malam.

Kemudian Saiful Arif selaku penyelenggara menyebut generasi milenial sebagai penerus bangsa. Terutama jamiyah Maiyah, bisa belajar lebih fokus dan berperan aktif setelah belajar mengenal Allah SWT dan Rasulullah Muhammad SAW.


Tonton juga Di BDF, Meutya Hafid Bicara Peran Perempuan di Negara Berdemokrasi :



"Saya menggugah teman-teman muda di Maiyah akan kesadaran pikiran kita bahwa Indonesia dirahmati Allah SWT dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Tapi, kita tidak menyadari untuk mengelola dengan benar untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia," ujar Gus Ipung, sapaan akrab Syaiful Arif.

Menurutnya, sejarah sudah membuktikan Indonesia dikeruk kekayaan alamnya oleh penjajah selama 350 tahun. Bahkan setelah Indonesia merdeka, kekayaan alam yang terkandung di bumi Indonesia juga dihabisi.

"Kita mencari pimpinan pada tahun 2024, yang benar-benar memikirkan kelangsungan anak cucu kita. Siapa lagi yang menjaga kalau bukan auliyah. Mudah-mudahan generasi milenial adalah bagian dari Indonesia yang di-rahman rohimi oleh Allah SWT," imbuhnya.


Ngaji Bareng itu, kata dia, merupakan kegiatan doa bareng kepada Allah SWT dengan harapan NKRI tetap dirahmati Allah SWT. "Dan kita berdoa semoga massayik tetap diberikan sehat sehingga dapat ngemong umat selama-lamanya," lanjutnya.

Gus Ipung juga berdoa agar Allah SWT memberikan pemimpin baik di tahun 2024 untuk Indonesia. "Sehingga hak-hak mereka (bangsa) sejahtera dapat terpenuhi. Karena Allah telah memberikan kekayaan alam yang luar biasa," sambungnya.

Sementara Gus Mus berbicara tentang kebesaran Allah SWT. "Tuhan masih tampil dengan sifat rahman rahim. Kalau ada orang salah dibiarkan saja sampai sadar. Pejabat yang korupsi masih bisa bebas berkeliaran," ujar Gus Mus.

Menurutnya, Allah SWT menggunakan sifat Al Muntakim, maka makhluk ciptaan-Nya akan babak belur. Sebab, ketika membuat kesalahan seketika dihukum sesuai dengan perbuatan kesalahannya.

"Kita bisa benjol semua. Salah sedikit langsung dihukum," kelakarnya.

Sifat Allah SWT yang rahman dan rahim itu, sambung dia, berbeda dengan perilaku ustaz di Jakarta yang mudah vonis seseorang ketika perjalanan menuju kebenaran. Padahal, banyak sekali kisah Rasulullah SAW yang sangat bijaksana.


"Nanti, ada saatnya Tuhan tak rahman rahim. Tapi Al Muntakim," paparnya.

Muhammad SAW, kata Gus Mus, merupakan pemimpin manusia yang bisa memanusiakan manusia. Di mana bisa menempatkan segala sesuatu dengan tepat. Contohnya, selama menjadi iman salat berjamaah, tidak pernah ada makmum yang mempermasalahkan.

"Sekarang banyak pemimpin yang seakan-akan manusia. Karena Kanjeng Nabi Muhammad SAW mengetahui kalau menjadi iman tak perlu bacaan surat yang panjang-panjang. Sebab, makmum terdiri dari berbagai macam orang," pungkasnya.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.