"Tahun 2015 kursus bahasa Korea, tapi tahun itu pendaftaran ke Korea tidak ada. Terus saya suruh daftar polisi, gagal," tutur kakak korban Ninik (35) saat ditemui di rumah duka, Dukuh Bareng, Desa Simo, Kecamatan Slahung, Selasa (17/12/2019).
Ninik menjelaskan awalnya sang adik yang lulus SMK 2014 lalu ditawari untuk kuliah. Namun Fredi menolak, akhirnya Ninik mengarahkan agar adiknya mencoba mendaftar di polisi atau TNI. Usaha keduanya gagal di tahun 2015.
"Tahun 2016 keterima terus masuk Brimob," kata Ninik.
Ninik ingat betul, adiknya sangat menyukai olahraga futsal. Saat proses pendaftaran Brimob, dirinya terus memberikan semangat ke adiknya. Dia juga rela mengantar adiknya tes. Saat libur tugas, adiknya pun seringkali tiba di rumah pagi, sore harinya sudah kembali bertugas.
"Tugas di Medaeng sejak 2016 lalu," ujar Ninik.
Menurutnya, Fredi sempat curhat ingin menjadi polisi biasa bukan Brimob. Namun hal itu tidak menyurutkan tekadnya untuk mendapatkan kenaikan pangkat di Brimob.
"Katanya tanggal 21 Desember 2019 besok itu selesai pendidikannya," papar Ninik.
Bagi Ninik dan keluarganya Fredi merupakan pribadi yang baik dan selalu dekat dengan ibundanya. Karena kejadian ini, keluarga terutama ibunya merasa sangat sedih dan terpukul.
Fredi merupakan anak dari pasangan Lardi Wardoyo dan Sri Suyati. Fredi tercatat sebagai anggota Satbrimobda Jatim Kompi 4 Batalyon A.
Fredi merupakan salah satu dari tiga peserta Pendidikan Pengembangan Spesialisasi (Dikbangspes) Pusdik Brimob Watukosek, tewas tersambar petir puncak Ringgit, pegunungan Arjuno-Welirang, Senin (16/12/2019) pukul 13.00 WIB. (fat/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini