Kemudian memasuki musim hujan, retakan tanah tersebut terisi air hujan sehingga semakin melebar. Bahkan kedalaman retakan mencapai 50 cm dengan lebar 5 hingga 10 cm dan panjangnya mencapai 15 hingga 20 meter.
"Penyebabnya karena nelo (retak) saking panasnya pas musim kemarau, terus kena hujan deras Kamis (12/12) lalu akhirnya retakannya membesar," kata Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Ponorogo Setyo Budiono kepada detikcom, Sabtu (14/12/2019).
Budi menambahkan, fenomena tanah retak biasa terjadi di Ponorogo. Namun retakan tersebut terbilang tidak membahayakan jika berada di kondisi dataran rendah.
"Kalau kondisinya di sebelah retakan ada jurang itu yang bahaya, karena bisa longsor," ujar Budi.
Untuk mengurangi parahnya retakan, Budi mengimbau warga untuk segera menutup retakan dengan tanah. Agar tidak ada air yang masuk ke dalam jalur retakan.
"Kalau dibiarkan retakannya, nanti pas hujan deras. Air bisa masuk dan semakin memperparah kedalaman retakan," imbuh Budi.
Menurutnya, jika ada warga yang menemukan fenomena alam silakan melapor ke BPBD untuk ditindaklanjuti. "Kalau khawatir bisa lapor, biar dicek petugas. Tapi untuk yang fenomena tanah retak di Sawoo ini aman karena masih berada di dataran rendah. Bukan dataran tinggi," pungkas Budi.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini