2 Tahun, Pemkot Sudah Bedah 3.544 Rumah Warga Miskin Surabaya

2 Tahun, Pemkot Sudah Bedah 3.544 Rumah Warga Miskin Surabaya

Deny Prastyo Utomo - detikNews
Jumat, 13 Des 2019 20:21 WIB
Pemkot Surabaya (Foto: Istimewa)
Surabaya - Tahun ini Pemkot Surabaya telah merenovasi 3.544 rumah fakir miskin dalam program bedah rumah. Untuk tahun depan, jumlah rumah yang akan dibedah akan lebih banyak.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya Eri Cahyadi mengatakan tidak hanya jumlah penerima manfaatnya yang bakal ditambah, namun kualitas rumah yang dibangun.

"Rumah fakir miskin yang kami bantu renovasinya tak hanya harus layak huni. Tapi juga harus memenuhi standar sebagai rumah sehat. Berarti renovasi harus bisa memperbaiki kualitas ventilasi, sanitasi, jamban sehat, dan aliran udara serta pencahayaan rumah tersebut," kata Eri Cahyadi, Jumat (13/12/2019).

Program bedah rumah atau rehabilitasi rumah tidak layak huni (rutilahu) adalah program Pemkot Surabaya yang dilakukan sejak 2017. Program ini dilakukan dengan merenovasi rumah warga fakir miskin yang diusulkan masyarakat. Tujuannya, mengembalikan fungsi dan kualitas tempat tinggal fakir miskin.


Program bedah rumah tersebut juga menjadi satu bagian dengan implementasi program pembangunan jamban. Total pelaksanaan program tersebut pada 2017 berhasil melakukan 1.629 pembangunan. Rinciannya, sebanyak 1.442 rumah berhasil direnovasi sedangkan sebanyak 187 jamban berhasil dibangun.

Pada 2018, angka penerimanya bertambah. Yakni, 1.648 pembangunan. Rinciannya, 1.012 rumah berhasil dibangun sedangkan jambannya sebanyak 636 unit.

Eri menjelaskan pada tahun itu, pemkot membuat pembagian rumah tidak layak huni berdasarkan tipe-nya. Masing-masing memiliki nilai renovasi rumah yang berbeda. Misalnya untuk tipe I nilai perbaikannya mencapai Rp 5 juta sedangkan tipe II Rp 15 juta, tipe III Rp 25 juta dan tipe IV Rp 30 juta.

"Karena rumah tidak layak huni ini ukurannya beragam. Tidak semua rumah dihuni hanya satu keluarga saja. Ada satu rumah yang isinya sampai 5 keluarga. Tentu, nilai perbaikannya berbeda," ungkap Eri.

Eri mengatakan untuk tahun 2019, jumlah bedah rumah memang menurun jadi 1.090 unit. Namun, kualitasnya bertambah karena hanya rutilahu tipe IV saja yang dibangun dengan nilai perbaikan per rumah mencapai Rp 30 juta. Total bedah rumah yang dilakukan pemkot selama tiga tahun mencapai 3.544 unit.


Eri menambahkan, setelah tiga tahun berjalan, tahun depan program tersebut harus naik kelas. Tidak hanya penerima manfaatnya saja yang bertambah. Tapi juga kualitas rumah yang dibangun. Kemudian data penerima juga harus sinkron dengan daftar masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Sebab, selama ini penentuan penerima bantuan masih mengandalkan usulan dari masyarakat.

"Tahun depan juga harus kami tambah penerima bantuannya. Dengan komitmen Bu Risma yang begitu besar kepada orang-orang tak mampu, saya yakin tahun depan kami bisa meningkatkan jumlah penerimanya hingga dua kali lipat. Bismillah. Insyaallah bisa," tandas Eri.

Sementara itu, salah seorang penerima program bedah rumah, Sunarti mengatakan, kini hidupnya jauh lebih sehat sejak rumahnya yang berada di Jalan Ikan Kerapu, Perak Barat, rampung diperbaiki.

"Mulai dari plafon, dibikinkan kamar mandi, WC, ruang tamu, kamar dua, pintu, dan jendela," ujar perempuan kesehariannya berjualan rujak. (iwd/iwd)
Berita Terkait