Bedug berbahan limbah bambu ini diklaim lebih awet dan tahan dari serangan rayap. Inovasi itu dilakukan Anshori Baidlowi (53), warga Dusun Jambewangi, Desa Tawangrejo, Kecamatan Wonodadi. Ide awal itu muncul dari keprihatinannya melihat kondisi Blitar yang makin sedikit pohonnya.
"Tahun 2017 itu teman saya yang dinas di DLH cerita, kalau Blitar itu kekurangan pohon karena dibuat jimbe. Dari situ saya mulai berpikir mencari bahan alternatif untuk mengganti fungsi kayu pada jimbe atau sejenisnya," papar ayah satu anak ini kepada detikcom, Jumat (6/12/2019).
Anshori merupakan pengusaha tusuk sate dan sumpit skala besar. Dia melihat, limbah bambu dalam proses pembuatan dua produk itu menumpuk tak terpakai. Selama ini untuk membersihkan limbah itu, hanya dibakar saja.
"Padahal kalau jumlah banyak bakarnya kan bikin polusi udara dan merusak ekosistem lingkungan juga. Lalu saya konsultasikan bagaimana mengolah limbah bambu ini jadi pengganti kayu," ungkapnya.
Kepada seorang teman yang paham ilmu kimia, Ashori berkonsultasi. Bahkan dia juga memasukkan bahan limbah bambu itu ke sebuah laboratorium di Jakarta untuk mengetahui kekuatan serutan bambu. Hasil laboratorium dan beberapa kali uji coba menyatakan, serutan bambu itu bisa dibuat partikel board jika dicampur lem.
"Prosesnya, serutan bambu dikeringkan sampai kandungan airnya 0 persen. Lalu saya campur dengan lem impor dan formula lain yang saya rahasiakan. Kemudian dimasukkan ke dalam cetakan dari stainless lalu di oven," jelasnya.
Di atas panas 140 derajat, pengovenan tergantung pada tebal tipisnya partikel board yang dibentuk. Rata-rata memakan waktu antara 30 sampai 60 menit, kemudian proses finishing agar rapi dan teksturnya halus dibutuhkan waktu selama seminggu.
"Hasil partikel board serutan bambu yang ini setelah diuji, kekuatannya dua kali lipat dibanding partikel board berbahan serutan kayu. Pori-porinya juga lebih rapat sehingga kalau dibikin jimbe suaranya lebih padat dan menggema," imbuh Anshori.
Berhasil membuat jimbe dari partikel board bambu, tidak membuat Ashori puas. Selain proses pembuatannya dinilai lebih rumit karena ukurannya kecil, nilai jual sebuah jimbe baginya sangat murah. Lalu, dibuatlah sebuah bedug ukuran 80 x 120 cm.
![]() |
"Ketika dilihat teman-teman kok banyak yang suka. Sekarang banyak yang pesan ukuran besar. Salah satunya teman dari Jombang itu pesan 22 buah bedug berbagai ukuran," sambungnya.
Untuk bedug dengan ukuran 140 x 180 cm, Ashori menjualnya seharga Rp 55 juta, ukuran 100 x 150 cm seharga Rp 27,5 juta dan yang ukuran 80 x 120 cm senilai Rp 10 juta.
"Alhamdulillah menambah nilai jual limbah dan menjaga alam tetap hijau dengan banyaknya pohon. Karena limbah bambu ini sangat banyak, saya juga sudah merancang bikin pintu, meja dan dipan (tempat tidur)," pungkasnya.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini