Warga Pasuruan yang sebelumya menggantungkan pekerjaan di Wamena sebagian besar adalah warga Kecamatan Nguling. Terdapat juga warga dari kecamatan lain, seperti Lekok, namun jumlahnya tak siginifikan.
"Warga kami sejak pulang dari Papua, tak ada yang kembali. Mungkin masih ada trauma. Mereka sekarang bekerja ke laut (nelayan), ada yang jadi tukang dan kerja bangunan," kata Camat Nguling, Bunardi, Rabu (4/12/2019).
Menurut Burnardi, total warga Kecamatan Nguling yang sebelumya bekerja di Wamena sebanyak 187 orang. Mereka berasal dari 7 desa yakni Desa Kedawang, Desa Mlaten, Desa Sudimulyo, Desa Randuati, Desa Sumberanyar, Desa Watuprapat dan Desa Penunggul.
"Paling banyak di Desa Kedawang, ada 155 orang. Dari Kedawang ini termasuk dua yang meninggal akibat kerusuhan," terang Bunardi.
Sementara warga Kecamatan Lekok yang sebelumya bekerja di Wamena ada puluhan. Mereka juga belum kembali dan memilih bekerja di kampung halaman sebagai nelayan maupun tukang serta kuli bangunan.
"Belum ada yang kembali ke Papua. Mereka bekerja di kampung halaman," terang Kasi Perlindungan Sosial Korban Bencana Dinas Sosial Kabupaten Pasuruan, Ahwan Husen.
Ratusan warga Kabupaten Pasuruan sebelumnya bekerja sebagai tukang ojek dan berniaga dengan membuka toko di Wamena. Rata-rata mereka sudah berada di Wamena antara 5-15 tahun.
Seperti diketahui, dalam kerusuhan di Wamena beberapa bulan lalu, dua warga Kabupaten Pasuruan tewas. Mereka yakni Untung Edy Cahyono (45) dan Syaiful Mukmin (47), warga Dusun Wates, Desa Kedawang, Kecamatan Nguling. Satu terkena anak panah, satunya tewas terbakar. (iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini