Mengenakan kaus merah dan celana coklat, ia berada di antara kerabat yang menunggunya di Ruang Mawar RSUD dr Darsono. Sementara itu, jilbab putih menutupi rambutnya yang telah bercampur uban. Sesekali dia berupaya duduk. Namun sebentar kemudian rebahan lagi.
Perempuan itu bernama Jariyah (50). Tanpa sebab pasti, ibu tiga anak kehilangan penglihatannya dalam 8 bulan terakhir. Kedua matanya terus membengkak hingga sebesar buah sawo. Kondisi itu membuat bola matanya tak lagi berada pada posisi semula. Suara menjadi satu-satunya sarana komunikasi bagi warga Desa Temon, Kecamatan Arjosari, tersebut.
"Ayo, salaman dulu," ucap Irmaisah (18), putri bungsu Jariyah, sambil memegangi tangan ibunya, Senin (2/12/2019) malam.
Saat itu beberapa pembesuk tiba di Ruang Mawar RSUD dr Darsono. Salah satunya Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Pacitan, Ny Luki Indartato.
Kepada istri Bupati Pacitan tersebut, Jariyah bercerita awal mula penyakit misterius menyerang indera penglihatannya. Kala itu dirinya sedang mencari kayu bakar di hutan. Saat membersihkan daun yang menempel di dahan, istri Muri (60) itu merasa ada seekor binatang menyambar mata kanannya.
"Kados wonten walang ngoten, nyamber mripat tengen (Seperti ada belalang begitu, menyambar mata kanan)," katanya terkait peristiwa yang tak dia ingat hari dan tanggalnya itu.
Tentu saja serangan serangga tersebut meninggalkan rasa perih. Anehnya, makin hari rasa perih itu bertambah ekstrem. Lama kelamaan mata kanannya membengkak hingga sama sekali tak bisa digunakan untuk melihat.
Meski sebelah matanya tak berfungsi, aktivitas keseharian Jariyah tetap berlangsung seperti biasa. Hutan dan ladang menjadi tujuan rutin tiap hari. Hingga suatu ketika Jariyah merasakan gigitan semut pada kelopak mata kiri.
"Dangu-dangu abuh, terus dadose ngeten niki (Lama-lama bengkak, terus jadinya seperti ini)," tuturnya sembari menyeka mata kirinya dengan sapu tangan.
Derita tak berhenti sampai di situ. Bersamaan pembengkakan pada kedua mata, benjolan juga muncul pada pipi kanan Jariyah. Benjolan itu terus membesar hingga membuat wajah aslinya sulit dikenali. Kadang dia mengeluh gatal di titik itu.
Beragam upaya ditempuh untuk mencari kesembuhan bagi Jariyah. Pengobatan medis dia jalani sejak tingkat puskesmas hingga rawat inap di RSUD dr Darsono. Puncaknya, Jariyah dirujuk ke RS Sardjito, Yogyakarta.
Untuk memastikan penyakit yang diderita, dokter menyarankannya menjalani tes biopsi. Sayangnya, Jariyah tak bersedia karena takut. Namun kini dirinya berubah pikiran. Demi kesembuhan, Jariyah siap menjalani tes dengan cara pengambilan jaringan itu. Rencananya Jariyah akan dirujuk ke RSU dr Soetomo, Surabaya.
"Bismillah. Monggo diniati mencari kesembuhan. Mudah-mudahan segera tertangani dan pulih seperti sedia kala," kata Ny Luki Indartato menyemangati Jariyah.
Pada kesempatan itu, Luki menyerahkan bantuan dari Tim Penggerak PKK. Bantuan juga datang dari BAZNAS Kabupaten Pacitan yang diserahkan ketuanya KH Sodiq Sudja.
Wakil Bupati Yudi Sumbogo kepada wartawan mengatakan pihaknya memastikan pasien tertangani dengan baik di RSU dr Soetomo. Sebelumnya, atas perintah Bupati, dirinya sudah berkoordinasi dengan rumah sakit di Surabaya tersebut. Pemkab membantu fasilitas transportasi Pacitan-Surabaya.
"Sebelumnya sudah kami sambangi juga ke rumah pasien dan Pak Bupati langsung merespons. Secepat mungkin pasien harus dibawa ke (rumah sakit) dr Soetomo," kata Yudi kepada detikcom.
Halaman 2 dari 3
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini