Kediri - Ayu Kurniawati menerima kepulangan anaknya, Shalfa Avrila Siani (17), dari pemusatan pelatihan
senam SEA Games di Gresik. Yang dia tak terima adalah alasan di balik kepulangan tersebut.
Alasan tak perawan membuat Ayu meradang. Dia mempertanyakan alasan itu. Terlebih Shalfa terbukti masih perawan saat menjalani pemeriksaan di rumah sakit.
"Bu, minta maaf, ini Shalfa harus pulang sekarang karena itu, Bu, dia sering keluar malam. Ini kelihatannya anaknya selaput daranya sudah sobek, seperti orang diperkosa," ujar Ayu menirukan ujaran sang pelatih kepada
detikcom, Jumat (29/11/2019).
Ujaran sang pelatih itu disampaikan lewat telepon, yang diterimanya pada 13 November 2019. Dari Kediri, Ayu pun menjemput Shalfa di Gresik dan kemudian menginterogasinya. Shalfa mengaku memang pernah keluar malam bersama sang pacar. Tetapi hubungan mereka tak melewati batas.
Ayu, yang belum percaya, segera memeriksakan Shalfa ke RS Bhayangkara di Kediri. Hasil tes pemeriksaan menunjukkan bahwa Shalfa masih perawan. Namun pihak pelatih tak percaya dan meminta Shalfa dites ulang di RS Petrokimia Gresik.
Tentu saja Ayu enggan. Ayu akhirnya memutuskan Shalfa keluar dari pusat pelatihan dan tinggal di tempat kos. Shalfa sendiri sejak kelas IV SD berada di Gresik dan bertempat tinggal di asrama Pusdiklat Persani. Saat ini Shalfa sudah kelas III SMA.
Foto: Andhika Dwi Saputra |
"Keluarga meminta kejelasan," ujar penasihat hukum keluarga Shalfa, Imam Mukhlas.
Ribut-ribut tentang pemulangan Shalfa didengar Menpora Zainudin Amali yang mengatakan bahwa masalah keperawanan berkaitan dengan privasi dan kehormatan seseorang. Masalah keperawanan tak berhubungan dengan prestasi.
"Karena ini selain masalah privasi dan kehormatan seseorang, juga itu tidak ada hubungannya dengan soal prestasi," ujar Zainudin.
Zainudin mengatakan kasus pemulangan Shalfa tak berhubungan dengan keperawanan. Shalfa dipulangkan karena masalah
indisipliner.
"Yang benar, kata Pak Indra (pelatihnya yang di Jatim) bahwa atlet tersebut indisiplin dan kurang fokus dan berdampak prestasi menurun, sehingga diputuskan pelatihnya tidak disertakan di SEA Games. Dan digantikan oleh atlet lain yang peringkatnya jauh lebih tinggi," imbuh Zainudin.
KONI Jatim juga mengamini pernyataan Menpora. Ketua Harian KONI Jatim M Nabil mengatakan pihaknya telah menerima laporan pelatih timnas. Laporan itu menyebut pencoretan Shalfa dilakukan karena remaja 17 tahun ini melakukan tindakan indisipliner, bukan soal keperawanan.
Foto: Andhika Dwi Saputra |
"Jadi intinya tidak karena status keperawanan. Jadi ini soal kedisiplinan, terutama soal prestasi, karena masing-masing cabang olahraga ada standar masing-masing," kata Nabil.
Namun Nabil tetap mempertanyakan dari mana isu tak perawan itu muncul. Karena itu, pihaknya akan menelusuri siapa yang memunculkan isu heboh tersebut.
"Makanya itu yang saya belum tahu, itu bagian dari persoalan saja. Makanya saya berpikir sebenarnya tidak mungkin anak ini melawan dengan barang bukti keperawanan, kalau tidak ada tuduhan seperti itu," kata Nabil.
Nabil berjanji akan memediasi pihak pelatih dengan keluarga Shalfa agar persoalan ini menjadi jelas. "Kita coba mediasi atlet dengan keluarganya dan dengan tim pelatih supaya ini tidak berkepanjangan," kata Nabil.
Isu keperawanan ini sudah membawa korban yang tak lain adalah Shalfa sendiri.
Shalfa syok dan sudah memutuskan berhenti dari dunia senam.
"Sambil
nangis, Shalfa mengaku sangat trauma dan enggan meneruskan cita-citanya sebagai seorang atlet senam. Padahal saya selama 10 tahun men-
support keinginan anak saya demi menjadi atlet Jawa Timur dan Indonesia," kata Ayu, ibu Shalfa.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini