Gas yang Keluar dari Pengeboran Sumur di Lamongan Disebut Fenomena Alam

Gas yang Keluar dari Pengeboran Sumur di Lamongan Disebut Fenomena Alam

Eko Sudjarwo - detikNews
Kamis, 28 Nov 2019 20:03 WIB
Perwakilan dari Pertamina EP saat melakukan pengecekan/Foto: Eko Sudjarwo
Lamongan - ESDM Jatim mendatangi lokasi pengeboran sumur yang mengeluarkan gas di Lamongan. Bagian ESDM mendatangkan perwakilan Pertamina EP untuk mengecek gas tersebut.

Perwakilan Pertamina EP, Heru Widodo mengatakan, apa yang terjadi di sumur bor itu merupakan fenomena alam yang dikenal dengan istilah Cello Gas. Atau gas yang terperangkap di permukaan.

"Ini fenomena alam ya, namanya cello gas. Yaitu gas yang terperangkap di permukaan," terang Heru Widodo usai melihat lokasi, Kamis (28/11/2019).


Menurut Heru, sesuai dengan informasi yang didapat, diketahui jika sumur bor ini merupakan sumur bor lama yang sudah pernah dibor sedalam 90 meter dengan pipa ukuran dua inci. Sumur bor ini oleh pemilik kemudian diperlebar dengan pipa ukuran 4 inci.

"Nah kemudian di kedalaman 24 meter muncul gas, kalau di kami istilahnya gas rawa atau cello gas. Biasanya gas ini cepat habis, hanya saja kami tidak tahu soal waktunya," imbuh Heru.

Pihaknya telah mengecek kandungan gas itu. Hasilnya, kandungan gas metannya masih tinggi. Di ambang batas yaitu maksimal 10 persen di mana hal itu memiliki potensi terbakar. Sedangkan kandungan H2S-nya sekitar 2,7 TPM di mana hal itu masih di bawah ambang batas karena standarnya itu maksimal 10 TPM.

"Terus coba kita tes lagi dengan jarak 5 meter dari cerobong itu aman, tidak bunyi sama sekali. Nah terus kita coba lagi di pusatnya sumur, kita cabut cerobongnya, ternyata itu lumayan tinggi metannya, H2S-nya 3,2. Terus kita cek lagi horisontal 5 meter ke bawah masih aman," lanjut Heru yang menyarankan agar cerobongnya dinaikkan lagi sekitar 2 meter.

Heru menambahkan, untuk mengetahui apakah sumur bor tersebut memiliki kandungan minyak atau tidak, masih harus dilakukan uji laboratorium lanjutan. Pasalnya, yang dilakukan saat ini hanya mengecek kandungan gas yang berbahaya.

"Untuk komposisi perlu dicek lab lanjutan, tapi tadi untuk memastikan karena gas ini potensi bahaya. Takutnya kita ada kandungan H2S sama metan, tapi kita coba mengecek kandungannya metan sama H2S," paparnya.

Langkah selanjutnya, ungkap Heru, pihaknya akan melakukan pemantauan. Kemudian pihaknya juga sudah meminta kepala desa untuk bisa melaporkan kondisi naik atau turunnya tekanan gas setiap harinya. Malam ini, tandasnya, mereka juga akan mengirim tim untuk melakukan tes pada suasana malam hari, karena sifat gas lebih berat dari udara jika malam hari.


"Kemudian selanjutnya monitornya nanti sehari atau dua hari sekali, karena informasinya dibandingkan kemarin itu sudah mulai turun tekanannya," sambungnya.

Heru menjelaskan, parameter naik atau turun bisa diketahui dari suara dari sumur bor. Jika suaranya semakin mengecil berarti tekanannya turun.

Seperti diketahui, warga Kecamatan Glagah dihebohkan dengan munculnya sumber gas dari pengeboran sumur milik Puri (90), warga Dusun Dokiyo, Desa Pasi, Kecamatan Glagah. Sebelum muncul gas berbau amonia, sumur bor ini sempat mengeluarkan semburan lumpur bercampur air hingga sempat mencapai 4 meter.
Halaman 2 dari 2
(sun/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.