Ketua LP3M Dicopot Terkait Paparan Radikalisme, Ini Penjelasan Rektor Unej

Ketua LP3M Dicopot Terkait Paparan Radikalisme, Ini Penjelasan Rektor Unej

Yakub Mulyono - detikNews
Rabu, 27 Nov 2019 18:50 WIB
Rektor Universitas Jember Moh Hasan (Yakub Mulyono/detikcom)
Jember - Dosen FKIP Universitas Jember (Unej) Akhmad Taufiq diberhentikan dari jabatannya sebagai Ketua Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Unej. Taufiq diberhentikan setelah memaparkan hasil pemetaan tahun 2017, yang menyebut ada 22 persen mahasiswa Unej terpapar radikalisme. Paparan Taufiq disampaikan dalam acara Festival HAM yang digelar di Pemkab Jember sepekan lalu.

Rektor Unej Moh Hasan tak menyebut secara tegas pemberhentian Taufiq berkaitan dengan apa yang dipaparkan Taufiq dalam Festival HAM tersebut. Hasan hanya menyampaikan hasil pemetaan sebenarnya bukan untuk konsumsi publik. Tapi sebagai bahan bagi Unej dalam rangka memerangi radikalisme, terutama di kalangan mahasiswa Unej.

"Bahwasannya kami dalam rangka menyiapkan SDM di masa mendatang, tentu kami ingin yang kami siapkan itu agar benar-benar bermanfaat bagi bangsa dan negara. Karena itu, ketika radikalisme menjadi bagian dari yang diperbincangkan, bahkan di perguruan tinggi ada, dari itu kami merasa perlu lihat seperti apa sebenarnya mahasiswa kami," kata Hasan, Rabu (27/11/2019).

Menindaklanjuti hal tersebut, dilakukanlah pemetaan. Menurut Hasan, saat itu pihaknya ingin segera mendapatkan hasilnya seperti apa.


"Pemetaan ini kami cepat saja pengin dapat hasil. Tapi, istilahnya, kami tidak melihat bagaimana instrumennya, bagaimana metodologinya. Yang penting kami mendapatkan hasil kasar untuk kami melakukan langkah-langkah kalau memang langkah-langkah (memerangi radikalisme di kampus) itu belum kami lakukan," kata Hasan.

Hasil pemetaan itu, lanjut Hasan, memang cukup mengejutkan. Sebab, hasil pemetaan menyebut ada 22 persen mahasiswa Unej yang terpapar paham radikalisme. Kendati demikian, hasil itu belum cukup meyakinkan karena instrumennya belum divalidasi.

"Tapi dari (data) itu kami melihat, apa iya. Karena memang instrumennya belum sempat divalidasi oleh pihak yang betul-betul bisa menjamin bahwa itu menggunakan instrumen yang benar," kata Hasan.

Kendati demikian, data hasil pemetaan tersebut tetap menjadi salah satu input bagi Unej dalam rangka memerangi paham radikal di lingkungan mahasiswa. Beberapa langkah pun dilakukan. Selain melakukan kanalisasi melalui masjid di lingkungan Unej, juga melakukan pencegahan lewat kebijakan kurikulum.

"Sehingga di (mata kuliah) PAI dan PKN, itu kita lakukan perbaikan. Untuk yang di masjid, diperkaya dengan program kajian, narasumber dan materinya bisa diikuti oleh siapa pun," terang Hasan.

"Targetnya adalah bagaimana yang awalnya merasa hanya satu pandangan, ada pandangan lain yang juga referensinya kuat, sehingga bisa menciptakan toleransi. Goal seperti inilah yang kami lakukan," ungkap Hasan.

Hasan menegaskan, hingga saat ini, Unej belum melakukan kajian yang benar-benar menggunakan instrumen yang baik dan valid berkaitan dengan radikalisme di lingkungan kampus. Namun, yang terpenting, pihaknya sudah melakukan sejumlah langkah untuk menekan munculnya paham radikal di lingkungan mahasiswa.

Mengenai hasil pemetaan, kata Hasan, pihaknya sebelumnya sudah bersepakat bahwa hasil itu hanya untuk internal. Bahkan Hasan menegaskan hal itu merupakan sebuah perintah dari dia selaku rektor.


"Ini dulu sudah kami minta dirahasiakan. Itu sumpah jabatan, lo. Perintah itu saya juga tidak sembarang lo ya. Artinya kami ini juga memikirkan banyak hal," tandas Hasan.

Pertimbangan itu, lanjut Hasan, berkaitan dengan kondisi orang tua dan stakeholder yang lain. Apalagi tingkat validitas data tersebut juga belum benar-benar teruji.

"Kami mempertimbangkan orang tua bagaimana, stakeholder-nya bagaimana.... Tapi yang jelas karena kami tidak percaya data itu seratus persen. Maka itu kami tangkap (data) itu merupakan pemetaan kami, agar kami bisa melakukan langkah-langkah," pungkas Hasan.
Halaman 2 dari 2
(iwd/iwd)
Berita Terkait