Selain dari Banyuwangi, ada juga petugas penyelamatan dari Gilimanuk, Jembrana Bali. Tak hanya itu, helikopter dan pesawat cassa juga dilibatkan dalam latihan. Kemudian kapal perang dan kapal penyelamat milik stakeholder penyelamatan juga diterjunkan dalam kegiatan yang di gelar di Lanal Banyuwangi ini.
Latihan SAR ini untuk meningkatkan kesiapsiagaan unsur operasional sekaligus meningkatkan profesionalisme prajurit TNI AL dan unsur SAR di Banyuwangi dan Gilimanuk. "Jadi bekerja sama satu pola pikir satu pola tindak sehingga SAR yang dilakukan di Banyuwangi bisa dilaksanakan dengan cepat. Dengan latihan ini semua akan paham penanganan tidak dilakukan sendiri-sendiri," jelas Komandan Lantamal V Surabaya, Laksamana Pertama Tedjo Sukmono kepada wartawan, Minggu (4/11/2019).
Banyuwangi dipilih sebagai lokasi latihan gabungan karena frekuensi penyeberangan di Selat Bali sangat tinggi. Dalam sehari menurutnya 806 armada kapal Fery bolak balik dari Pelabuhan Ketapang menuju Pelabuhan Gilimanuk.
"Dalam pelayaran tentunya tidak akan lepas dari kecelakaan. Kecelakaan bisa timbul baik dari keamanan kapal, seperti peralatan, jumlah penumpang maupun cuaca seperti gelombang tinggi. Makanya kita pilih selat Bali," tambahnya.
Skenario latihan tersebut dimulai dengan kandasnya KMP Trisila Bhakti II di Selat Bali. Peristiwa ini terjadi beberapa saat setelah Kapal ini berlayar dari Pelabuhan Ketapang menuju ke Pelabuhan Gilimanuk.
Diduga kapal ini kandas karena kerusakan di bagian kemudi.
Kepanikan terjadi. Sejumlah penumpang histeris. Apalagi muncul asap dari bagian dek kapal. Sebagian penumpang dari mereka ada yang terjun ke laut untuk menyelamatkan diri.
Peristiwa ini langsung di respons Basarnas dengan berkoordinasi dengan seluruh unsur SAR. Mulai TNI AL/AD, Polairud, baik dari Ketapang maupun Gilimanuk. TNI AL mengerahkan dua kapal yakni KAL Tabuan dan KAL Bawean. Ada juga personel dari Pasukan Katak. Polairud dan Basarnas juga mengerahkan armada yang mereka miliki.
Untuk memastikan lokasi kejadian, diterjunkan pesawat cassa. Kru pesawat cassa menandai lokasi kejadian dengan smoke marker. Evakuasi dilakukan dari jalur laut dan udara. Untuk evakuasi jalur udara menggunakan helikopter sedangkan di laut menggunakan sea raider
Sebelum latihan SAR gabungan, sudah dilaksanakan persiapan dan perencanaan latihan. Semua materi latihan disiapkan agar semua peserta memahami tugasnya. Terakhir dilakukan gelar pasukan untuk memastikan kesiapan pasukan maupun peralatan. Puncaknya dilakukan manufer lapangan dengan melakukan pencarian dan pertolongan di laut termasuk penanganan korban.
Halaman 2 dari 2











































