Setelah sukses dengan Mojobatik Festival di Alun-alun, Sabtu (23/11) malam, Pemkot Mojokerto kembali menggelar even besar hari ini. Yaitu teater kolosal Majapahit Chapter I dan parade 1.000 meter batik. Kedua even ini menjadi rangkaian dari Mojo Spekta 2019.
Teater Kolosal Majapahit chapter 1 itu dipusatkan di GOR A Yani, Kelurahan Wates, Kecamatan Magersari. Tak tanggung-tanggung, drama kolosal ini melibatkan 4.000 lebih pemain. Mulai dari kalangan pelajar, pria dewasa hingga emak-emak.
![]() |
Drama kolosal seri perdana ini mengangkat kisah sebelum berdirinya Kerajaan Majapahit. Yaitu pemberontakan Jayakatwang, Bupati Gelang-gelang (sekarang Madiun) terhadap Kerajaan Singosari yang dipimpin Kertanegara. Setelah sukses meruntuhkan Singosari, Jayakatwang menjadi Raja Kediri.
Dalam kisah selanjutnya, Jayakatwang akan dikalahkan oleh Raden Wijaya yang memanfaatkan bantuan tentara Mongol. Setelah meruntuhkan kekuasaan Jayakatwang, Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit.
"Ini tadi chapter satu atau babagan siji teater kolosal Majapahit. Ceritanya tentang kemenangan Raja Jayakatwang," kata Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari atau Ning Ita kepada wartawan di lokasi, Minggu (24/11/2019).
Ia menjelaskan, tater kolosal Majapahit akan rutin digelar setiap tahun di Kota Mojokerto. Menurut dia, tahun depan drama kolosal akan melanjutkan kisah pasca berkuasanya Jayakatwang di Kediri.
"Nah, untuk tahun depan karena ini serial, maka kelanjutan dari cerita itu yang menjadi teka-teki. Tentunya harapan kami tahun depan jauh lebih menarik daripada babagan satu di tahun 2019 ini," ujarnya.
Drama kolosal Majapahit lantas dilanjutkan dengan parade 1.000 meter batik. Kain batik yang dikirab terdiri dari 120 motif buatan para pembatik Kota Mojokerto. Batik sepanjang itu diarak oleh 890 orang dari GOR A Yani menuju ke Alun-alun di pusat kota.
"Kota Mojokerto di awal-awal hanya memiliki 7 pembatik saja. Dengan pendampingan secara simultan oleh Pemkot Mojokerto, hari ini kami mempunyai 60 pembatik. Even ini untuk mengapresiasi mereka. Karena mereka sudah mempercayakan dirinya untuk menggantungkan secara ekonomi ke batik. Batik juga bagian budaya yang wajib kita lestarikan," terang Ning Ita.
Dari 120 motif batik buatan perajin lokal, lanjut Ning Ita, baru 19 motif yang sudah dipatenkan. Antara lain batik mojo, sisik gringsing dan bunga matahari.
"Ke depan, motif-motif hasil penggalian warisan budaya akan kami patenkan supaya menjadi ciri khas bagi Kota Mojokerto sebagai pewaris Kerajaan Majapahit," jelasnya.
Ning Ita pun merasa bangga melihat tingginya partisipasi masyarakat di even teater kolosal Majapahit maupun parade 1.000 meter batik Mojokerto. Padahal, kedua even tersebut baru pertama kali digelar di Kota Onde-onde.
"Ini semakin memacu kami ke depan untuk membuat kegiatan serupa dengan melibatkan masyarakat lebih banyak lagi. Ke depan skala prioritasnya Kota Mojokerto menjadi kota pariwisata. Karena beberapa destinasi wisata belum terbangun, sambil mengarah ke sana maka even-even pariwisata inilah yang terus kami gencarkan," pungkasnya.
Halaman 2 dari 2