"Jember diberi kesempatan menjadi tuan rumah Festival HAM untuk mengapresiasi spirit Jember dalam mengimplementasikan HAM," kata Bupati Jember dr Faida menjelang pembukaan Festival HAM, Selasa (19/11/2019).
Apalagi, sambung Faida, Jember baru saja mendapat apresiasi dari PBB karena membuka lowongan pekerjaan khusus untuk perempuan dan penyandang disabilitas. Selain itu, Jember juga merupakan satu-satunya kabupaten yang telah memiliki peraturan daerah (perda) tentang disabilitas.
"Saya kira ini akan menjadi penyemangat kita untuk menjadikan Jember sebagai kota yang layak HAM," imbuhnya.
Komisioner Komnas HAM RI Ahmad Taufan Damanik mengatakan Festival HAM tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Di mana peran masyarakat sipil memiliki porsi lebih besar ketimbang pemerintah daerah. Festival HAM tahun ini mengangkat tentang peran kebudayaan sebagai modal sosial untuk mencapai keadilan.
"Jika di daerah lain festival HAM lebih banyak peran dari pemerintah daerah maka tahun ini tidak. Ini yang perlu diapresiasi, bahkan ada kerja sama yang diinisiasi bersama antara kami dari Komnas HAM dengan Bupati Faida," terangnya.
"Program tentang HAM yang kami lakukan beberapa tahun belakangan ini, dan festival ini puncaknya. Terkait HAM ditingkat desa juga sudah berkembang, saling peduli. Dan terkait peran kebudayaan sebagai modal sosial dalam proses pembangunan untuk mencapai keadilan," sambungnya.
Selain dihadiri perwakilan dari stakeholder di seluruh Indonesia, Festival HAM dihadiri perwakilan 20 negara yang kini tengah melaksanakan pembangunan HAM berkelanjutan (SDG's).
Sejumlah pembicara akan hadir dalam rangkaian Festival HAM 2019 ini, di antaranya Muhadjir Effendi (Menteri PMK RI), Ahmad Taufan D (Ketua Komnas HAM), Riri Khairiroh (Komnas Perempuan), dr Faida (Bupati Jember), Khofifah Indar Parawansa (Gubernur Jatim), Shin Gionggu (Guangju Metropolitan City), Nicole Immler (Utrecht), Wahyu Susilo (Direktur Eksekutif Migran Care), Gabriella F (RWI) dan Sugeng Bahagjo (Direktur INFID).
Halaman 2 dari 2