Petugas Polsek Wlingi kembali ke lokasi penemuan jasad balita yang tewas mengambang. Hasil penyelidikan, korban diduga terpeleset dan masuk ke kubangan air di saluran sungai.
Menurut Kapolsek Wlingi Kompol Purdiyanto, dugaan itu muncul karena lokasi penemuan jasadnya sangat sulit dijangkau. Apalagi oleh balita yang masih berusia 3 tahun.
"Lokasinya sangat sulit dijangkau, apalagi oleh balita. Kami menduga korban terpeleset, lalu jatuh di kubangan air di saluran sungai. Karena ada luka di bagian wajah dan mulutnya," ungkapnya kepada detikcom, Selasa (19/11/2019).
Menurut keterangan kakeknya, Misyoko, cucunya itu menderita autisme, sehingga sulit dikendalikan saat punya keinginan berlari atau aktivitas lainnya.
"Kakek dan para tetangga bilang, korban ini autis. Tidak bisa diam atau disuruh diam. Mungkin maksud mereka itu hiperaktif," imbuhnya.
Sebelumnya ditulis, korban tinggal di rumah bersama ibunya yang merupakan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) bersama kakeknya. Rupanya, korban tinggal serumah dengan kakek dan neneknya di Desa Balerejo Kecamatan Wlingi.
Sementara itu, ayah dan ibunya tinggal di Desa Tegalasri, sekitar 3 km sebelah selatan Balerejo. Ibu korban diketahui mengidap gangguan jiwa. Saat gangguan itu datang, sang ibu tidak bisa sepenuhnya menjaga dan merawat DAN.
"Akhirnya korban dititipkan ke kakek neneknya sejak kecil. Karena ayahnya harus merawat ibunya," ungkap Kapolsek.
Takdir DAN berakhir semalam. Senin (18/11/2019) sekitar pukul 18.30 WIB, tubuh mungilnya ditemukan tewas mengambang dalam kubangan air saluran sungai. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini