Ketua DPC Aptrindo Surabaya Putra Lingga menanggapi kelangkaan solar bersubsidi. Pihaknya mengapresiasi Pertamina yang masih memasok solar bersubsidi, meski penyaluran di Jatim sudah melebihi total kuota.
"Sebenarnya kuota sampai bulan ini sudah habis, tapi Pertamina masih menggelontor untuk teman-teman. Kami tidak memilih untuk menyetop pengoperasian armada, namun kami lebih kedepankan komunikasi dengan pihak Pertamina," kata Lingga saat dikonfirmasi detikcom, Jumat (15/11/2019).
Lingga menambahkan, Pertamina telah menggelontorkan sekitar 25 persen pasokan solar di 8 titik. Yakni di SPBU Jalan M Nasir, Jalan Jakarta, Jalan Gresikan, Jalan Ikan Dorang, Jalan Podo Trisno, Jalan Osowilangun dan Jalan Margomulyo.
"Itu yang kami inginkan. Karena itu jalur logistik. Pelabuhan seperti Teluk Lamong dan Pelabuhan Tanjung Perak itu jalur logistik ekspor dan impor untuk pergerakan ekonomi," terangnya.
"Kelangkaan solar ini ada yang bermain, biar itu tugasnya polisi. Di Sumatra saja ada solar harga preman," imbuh Lingga.
Kelangkaan solar subsidi, menurut Lingga, akan terjadi hingga akhir 2019. Untuk itu, pihaknya mengimbau anggota Aptrindo Surabaya agar bersabar dan kedepankan dialog kalau ada masalah. Karena saat ini, pihak Pertamina terus mengupayakan menggelontor pasokan solar. Di Aptrindo Surabaya ada 1.600 truk. Sementara di Jatim mencapai 26 ribu.
Baca juga: Solar Langka di Surabaya, Ini Kata Pertamina |
Sementara Ketua DPC Angkutan Khusus Pelabuhan Tanjung Perak Fredy K Lamahayu mengatakan, pihaknya menunggu pasokan solar kembali ada. "Sementara ini kami menunggu solar ada, baru isi kembali solar dan muat," kata Fredy.
Fredy juga mengusulkan harga solar bersubsidi dinaikkan agar tidak terjadi penyalahgunaan BBM subsidi. Sebab saat ini menurutnya harga solar subsidi dan solar untuk industri selisih cukup tinggi.
"Sudah 5 tahun lebih solar subsidi harganya tidak dinaikkan. Agar solar subsidi bisa tersedia, terus negara tidak terlalu banyak subsidinya," pungkasnya.
Halaman 2 dari 2