Ketua FKUB Kota Mojokerto KH Faqih Usman mengatakan kalimat salam mengandung doa keselamatan bagi setiap manusia. Menurut dia, tidak menjadi soal ketika umat Islam menyampaikan salam keapda umat agama lainnya.
Karena itu, pengasuh Ponpes Nurul Huda ini berpendapat para pejabat boleh-boleh saja mengucapkan salam semua agama saat berpidato. Dia juga tidak berkeberatan jika para pejabat hanya mengucapkan salam sesuai agama yang dianutnya.
"(Mengucapkan salam semua agama) bukan penting, tapi boleh. Karena yang datang kan dari berbagai agama. Masa tidak diberi kesenangan," kata Kiai Faqih kepada wartawan di kantor FKUB Kota Mojokerto, Jalan KH Usman, Kelurahan Surodinawan, Kecamatan Prajurit Kulon, Rabu (13/11/2019).
Kiai Faqih menjelaskan setiap orang di Indonesia tidak mempunyai hak menyalahkan ajaran agama lain. Sebab, menurut dia, setiap agama mempunyai keyakinan yang dilindungi oleh negara.
Agar tidak mengubah keyakinan, Kiai Faqih menyarankan pengucapan salam semua agama itu sebatas wujud toleransi antarumat beragama.
"Anda boleh berbicara begini (salam semua agama) asalkan tidak diikuti keyakinan Anda, tapi demi untuk toleransi dan kebersamaan. Kalau di situ tidak ada apa-apa," terangnya.
Ketua Gusdurian Mojokerto Imam Maliki juga mempunyai pendapat yang sama. Menurut dia, Kota Onde-onde mempunyai enam umat beragama yang sudah hidup rukun selama puluhan tahun, yakni Islam, Hindu, Buddha, Kristen, Katolik, dan Konghucu.
Hal itu dibuktikan dengan beragamnya tempat ibadah yang berdiri di Kota Mojokerto. Tempat ibadah itu terdiri atas 97 masjid, 22 gereja, 2 vihara, dan 1 kelenteng.
"Mengucapkan atau menjawab salam dari agama lain akan memberi contoh bagaimana menghormati serta menghargai saudara kita sesama manusia Indonesia," ujarnya.
Malik menilai sangat penting para pejabat di Kota Mojokerto mengucapkan salam semua agama saat berpidato. Selain untuk mendoakan keselamatan buat sesama manusia, salam semua agama menjadi bukti saling menghormati antarumat beragama.
"Segala sesuatu tergantung niatnya. Kalau hanya mengucapkan salam kepada umat agama lain, tidak akan merusak akidah sebagai umat Islam. Karena sebatas menyapa saudara agama lain," tandasnya.
Sebelumnya, MUI Jatim mengimbau agar para pejabat tidak menyebutkan salam semua agama saat berpidato. Imbauan MUI Jatim itu tertuang dalam surat bernomor 110/MUI/JTM/2019 yang diteken Ketua MUI Jatim KH Abdusshomad Buchori.
Dalam surat tersebut terdapat poin yang menyerukan kepada para pejabat untuk menggunakan salam sesuai ajaran agama masing-masing. Jika pejabat itu Islam, diimbau cukup menggunakan kalimat 'Assalaamualaikum wr wb'.
Simak juga video "Soal Salam Semua Agama, Ketum PBNU: Iman dari Hati, Bukan Mulut" :
(iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini