"Kalau yang sudah joget-joget sepertinya sudah bagus ya. Yang perlu kita waspadai adalah mereka yang diam di pinggir-pinggir dan di belakang-belakang. Itu yang jadi sasaran kami. Kami diam-diam mengamati, kemudian kami catat namanya. Ada adik yang di luar pagar itu bahkan masuk pagar saja takut. Nggak mau," kata psikolog Universitas Negeri Malang Aji Bagus Priyambodo saat ditemui di Madrasah Diniyah Al-Ghofuriyah, Selasa (12/11/2019).
Menurut Aji, selama proses pemulihan umum berlangsung, sebagian besar siswa yang tidak mengalami langsung peristiwa atap ambruk tak terlihat mengalami trauma. Namun siswa kelas II dan V, yang atap ruang kelasnya ambruk, masih mengalami trauma.
"Adik-adik kelas II dan V-lah yang masih mengalami kecemasan. Karena dia mengalami sendiri, mengalami langsung. Jadi efek traumanya besar. Yang kelas lain tetap ada kemungkinan. Kami sudah mencatat semua," terang Aji, yang terjun membantu pemulihan bersama tujuh anggota timnya.
Siswa yang diduga mengalami trauma berat dipisahkan dari teman-temannya. Tes menggambar kemudian dilakukan untuk mengetahui tingkat trauma yang mereka alami.
"Bagi yang kecemasannya berat, mungkin nanti akan kami hubungkan ke terapis anak di TP2A. Kami kan punya tim crisis center yang siap memberikan konseling dan hipnoterapi," tandas Aji.
Gedung SDN Gentong yang atapnya ambruk terdiri atas empat kelas, II-A dan II-B serta V-A dan V-B. Rata-rata tiap kelas memiliki 30 siswa.
Saat kejadian, seluruh siswa kelas II sedang mengikuti kegiatan belajar-mengajar, sementara siswa kelas V sebagian berada di luar ruang kelas mengikuti kegiatan olahraga.
Puluhan siswa berlarian ke luar, sebagian selamat bersembunyi di bawah bangku. Sedangkan seorang guru dan siswi meninggal dunia serta 11 siswa mengalami luka.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini