"Dari sisi mahasiswa, mereka tidak perlu menunggu hingga lulus untuk menyalurkan ilmunya," lanjutnya.
Anas mengatakan, dengan terjaminnya kondisi ibu hamil dan gizi yang tercukupi, akan lahir generasi penerus yang berdaya saing. Kepala Dinas Kesehatan dr Wiji Lestariono menambahkan, setelah data didapatkan dari Puskesmas, pihak kampus akan mengatur jadwal mahasiswanya untuk menangani ibu hamil sasaran agar tidak mengganggu perkuliahan.
"Mahasiswa yang dilibatkan adalah mahasiswa kebidanan dan ahli gizi mulai semester empat. Mereka sudah mendapatkan ilmu yang cukup untuk dapat diaplikasikan. Nanti dibikin SOP apa saja yang dilakukan mahasiswa agar semua aktivitas pendampingan ibu hamil dapat terukur hasilnya. Juga ada program bersama pemberian makanan tambahan seperti yang sudah kami jalankan selama ini," ujarnya.
Ia optimis program ini bisa menekan angka gagal tumbuh (stunting) dan gizi buruk di Banyuwangi. "Meski angka stunting dan gizi buruk di Banyuwangi relatif rendah, kita tidak boleh berhenti menuntaskannya," ujarnya.
Rektor Stikes Banyuwangi Soekardjo menyambut baik program kolaborasi dengan pemerintah daerah tersebut. Karena juga selaras dengan visi dan misi kampus. "Kami sangat senang karena kampus ikut berperan langsung dalam menjaga kesehatan masyarakat khususnya ibu hamil," ujar Soekardjo.
(sun/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini