Soal Imbauan Tak Gunakan Salam Semua Agama, PWNU Jatim Belum Tentukan Sikap

Soal Imbauan Tak Gunakan Salam Semua Agama, PWNU Jatim Belum Tentukan Sikap

Amir Baihaqi - detikNews
Minggu, 10 Nov 2019 17:49 WIB
Kantor PWNU Jatim (Foto: Amir Baihaqi)
Surabaya - MUI Jawa Timur mengeluarkan imbauan agar para pejabat tidak memakai salam pembuka semua agama saat sambutan resmi. Sebab, salam tersebut dinilai sebagai hal yang syubhat (samar) dan bukan bentuk toleransi.

Dikonfirmasi terkait imbauan itu, PWNU Jatim mengaku belum membahas soal itu. Namun Katib Syuriah PWNU Jatim KH Syafruddin Syarif berpendapat setuju dengan imbauan MUI itu secara pribadi.

"Kalau PWNU, kita belum rapat. Jadi, saya tidak bisa mengatasnamakan PWNU. Tapi sebagai pribadi, saya setuju apa yang dikatakan MUI Jatim. Karena toleransi itu kita tidak harus ke masuk ke dalam agama masing-masing yang ada di Indonesia," kata Kiai Syafruddin saat dihubungi detikcom, Minggu (10/11/2019).


"Kenapa? Karena salam bagian dari ibadah. Kalau di dalam Islam itu salam masuk dalam kategori firman Allah," tambah pria alumnus Ponpes Lirboyo, Kediri itu.

Meski secara pribadi setuju dengan MUI Jatim, Kiai Syafruddin menyebut PWNU Jatim akan mengkaji lebih dalam lagi. Sebab, imbauan larangan salam semua agama itu harus ada penjelasan dalil-dalil yang kuat dari ulama.

"Saya sependapat dengan MUI Jatim. Hanya memang perlu kajian-kajian yang mendalam dari teman-teman di PWNU. Supaya apa? Kalau memang itu disetujui ada dalil-dalil yang pokok dari pendapat ulama," tegasnya.

"Misalnya saja begini. Om swasti astu, itu kan otomatis kita memanggil Tuhan mereka juga mengimani kepada Tuhan mereka," imbuh Kiai Syafruddin.

Sebelumnya, MUI Jawa Timur mengimbau para pejabat tak memakai salam pembuka semua agama saat sambutan resmi. Imbauan ini terlampir dalam surat bernomor 110/MUI/JTM/2019 yang diteken Ketua MUI Jatim KH. Abdusshomad Buchori.

Saat dikonfirmasi, Kiai Somad, sapaan akrabnya, membenarkan surat imbauan ini. Hal ini merupakan salah satu hasil dari Rakernas MUI di Nusa Tenggara Barat beberapa waktu lalu.


Menurut Kiai Somad, dalam Islam, salam diartikan sebagai doa. Sedangkan doa merupakan ibadah. Untuk itu, tak baik jika mencampuradukkan ibadah satu dengan yang lain.

"Jadi begini, kami menandatangani atau membuat seruan itu karena doa itu adalah ibadah, misalnya saya terangkan salam, Assalamualaikum itu doa, salam itu termasuk doa dan doa itu ibadah," kata Kiai Somad kepada detikcom di Surabaya, Minggu (10/11/2019).
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.