Hari ini menjadi hari pertama bagi siswa yang bersangkutan masuk ke sekolah barunya. Sekolah tersebut berada di kecamatan berbeda sehingga si anak harus berpisah dari keluarga intinya.
"Saya sebenarnya nggak tega melepas anak saya harus jauh dari saya dan ibunya. Tapi demi masa depan anak saya, saya ikhlaskan anak saya," ucap orang tua korban, S, saat dimintai konfirmasi detikcom, Selasa (5/11/2019).
S berharap, di sekolahnya yang baru, anaknya bisa lebih nyaman dan aman mengikuti pelajaran. S mengaku mendapat sambutan baik dari kepala SMP negeri yang baru. Bahkan, sebelum masuk kelas, anaknya mendapat suntikan semangat dari kepala sekolahnya.
"Lega hati saya. Tadi bapak kepala sekolahnya sangat terbuka. Bahkan anak saya ditepuk-tepuk pundaknya dan bilang, 'Lupakan teman-teman di sekolah lama. Kamu adalah keluarga kami, teman-temanmu baru semua, dan mereka akan menyayangimu semua'," terangnya.
Sementara itu, proses penyelidikan pihak kepolisian belum menunjukkan perkembangan. Beberapa anak yang diminta keterangan tak satu pun yang mengaku pernah memukul korban. Mereka mengaku hanya guyon atau bercanda.
Mereka mengatakan, yang terjadi pada 28 Oktober 2019 seusai upacara Sumpah Pemuda itu hanya kesalahpahaman. Bahkan, saat korban jatuh, seorang anak yang diduga melakukan pemukulan justru menolong korban.
"Jadi, seusai upacara, korban dan temannya royokan (berebut) komputer. Lalu mereka berdua adu mulut dan saling memukul. Tapi saat korban mau terjatuh, temannya ini menolongnya dengan menahan tubuh korban dengan tangannya," kata Kasat Reskrim Polres Blitar AKP Sodik Effendi.
Keterangan tersebut bertolak belakang dengan yang disampaikan pihak keluarga berdasarkan pengakuan siswa korban bullying. Menarik untuk ditunggu, bagaimana pihak kepolisian membuktikan kebenaran dalam kasus ini.
Halaman 3 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini