Krisis Air, Warga Blitar Manfaatkan Sumber Air yang Keruh

Krisis Air, Warga Blitar Manfaatkan Sumber Air yang Keruh

Erliana Riady - detikNews
Kamis, 31 Okt 2019 14:16 WIB
Warga gunakan air sumber yang keruh (Foto: Erliana Riady)
Blitar - Kemarau panjang berdampak menurunnya debit air di beberapa sumber mata air Blitar selatan. Karena volume kebutuhan warga tidak berkurang, merekapun terpaksa mengkonsumsi air yang kondisinya keruh.

Seperti yang terpantau detikcom di Sumberjambe. Sumber mata air di Dusun/Desa Sumberkembar Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar. Air di sumber ini kelihatan coklat, seperti bercampur lumpur.

Air yang keluar dari pompa tersedot ke atas tampak sangat keruh tak layak konsumsi. Ketinggian air, hanya sekitar satu meter dari dasar sumber.


Sumberjambe selama ini menjadi tumpuan warga sekitar untuk mendapatkan air bersih. Di atas sumber itu tampak sebanyak 43 mesin pompa air terpasang berjajar. Pipa-pipa panjang, masuk sampai kedalaman sekitar 10 meter untuk mendapatkan pasokan air menuju ke beberapa rumah warga sekitar.

"Biasanya sumber ini penuh air sampai batas tembok cor ini. Malah kadang meluap menuju saluran sisi utara itu lalu mengalir ke sungai-sungai yang bermuara di Brantas," cerita Kepala Dusun Sumberkembar, Sunardi pada detikcom, Kamis (31/10/2019).

Dari Sumberjambe inilah, penghidupan sebanyak 400 kepala keluarga (KK) ditopang. Satu pompa air yang terpasang diatasnya, biasanya digunakan oleh lebih dari satu KK.

Mereka hanya mengeluarkan dana sekitar Rp 10.000 untuk urunan membayar biaya listrik untuk energi pompa air, sampai tersalurkan ke rumah-rumah mereka.

"Sejak tiga pekan lalu, permukaan airnya makin menurun, makin keruh. Sampai sekarang tinggal semeter itu tingginya. Kami biasanya nunggu sampai siang, baru bisa disedot airnya," ungkapnya.

Namun karena kebutuhan air tidak berkurang sementara debit air makin menyusut, mau tak mau warga tetap memakai air yang kondisinya keruh bercampur lumpur.


Mereka memilih mengendapkannya di tandon atau bak mandi dirumah mereka masing-masing, daripada tidak kebagian air sama sekali. Atau, harus membeli air di pedagang yang tiap hari keliling menggunakan pikap di kampungnya.

"Kalau tidak ada bantuan air, ya terpaksa beli. Satu kubik seharga Rp 65 ribu, itu bisa dipakai empat sampai lima hari," aku Nanda, warga lainnya.

Krisis air ini juga dialami warga di Kecamatan Wates. Sumber air yang mereka andalkan, semakin menyusut airnya, bahkan banyak yang sudah mengering. Tahun 2019 ini, menurut mereka adalah musim kering terpanjang yang mereka alami.

BPBD Kabupaten Blitar mencatat, sebanyak 11 desa di Blitar selatan terdampak kekeringan. 11 Desa itu tersebar di Kecamatan Wates, Panggungrejo, Binangun dan Wonotirto. Sedangkan informasi terakhir BMKG Jatim menyebutkan, awal musim hujan yang diprediksi terjadi pertengahan Oktober ternyata mundur sampai sekarang.
Halaman 2 dari 2
(fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.