Dia mengungkapkan, carrier atau indikasi membawa bakteri penyebab difteri dapat diketahui melalui SWAB. Metode ini dilakukan dengan mengambil sampel lendir dari tenggorokan seseorang.
"Dalam waktu 3 hari, metode SWAB ini bisa mengungkap adanya bakteri yang masuk. Jika terlambat, maka akan berpotensi positif difteri. Namun, akan muncul gejala-gejala yang mengikuti sebelumnya. Seperti demam tinggi beberapa hari, batuk dan pilek," ungkapnya.
Pada kasus MIN 1 Malang beberapa pelajar yang menjalani SWAB, ditemukan bakteri dalam tubuhnya. Maka penanganan dengan memberikan obat propilaksi dilakukan.
"Empat sampai hari, obat harus dikonsumsi dan pasien harus istirahat total untuk pemulihan. Setelah itu, dapat dinyatakan bakteri atau kuman sudah benar-benar mati dalam tubuhnya. SWAB kultur dilakukan kembali untuk memastikannya," tandas Supranoto.
(fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini