"Penyebab utamanya karena lapuk, banyak rayap putih dari kayu," tutur Kepala Sekolah SMPN 2 Satu Atap Jambon, Achmad Junaidi saat ditemui detikcom di lokasi, Senin (21/10/2019).
Menurutnya, ruang kelas yang ambruk itu digunakan siswa dan guru untuk kegiatan ekstra kurikuler karawitan. Di dalamnya banyak alat gamelan serta peralatan sekolah.
"Ruangan ini sejak 5 bulan lalu tidak digunakan, karena bagian atapnya sudah doyong ke bawah, khawatir terkena siswa atau guru, makanya tidak digunakan," terang dia.
Junaidi mengaku atap sekolah doyong sejak 5 bulan lalu. Kemungkinan karena kayu penyangga atap sudah tidak kuat lagi menahan beban. Meski kayu dari luar terlihat bagus dan kuat, saat didekati banyak hewan rayap keluar dari dalam kayu.
"Kemungkinan karena dimakan rayap," katanya.
Peristiwa ambruknya atap sekolah ini terjadi pada Minggu (20/10) siang. Saat kejadian, ruang kelas tersebut dalam keadaan sepi. Namun pihak sekolah mengaku rugi, sebab ada alat-alat gamelan yang ada di dalam kelas rusak akibat tertimpa reruntuhan genteng.
"Total kerugian Rp 90 juta, karena alat gamelannya bagus dan masih baru," imbuhnya.
Junaidi menambahkan pada tahun 2015 lalu, SMPN 2 sebenarnya mendapat dana untuk renovasi. Saat itu digunakan untuk merehab bagian dinding dan lantai sekolah.
![]() |
"Bagian atap belum tersentuh sama sekali," paparnya.
Akibat kejadian ini, pihak sekolah sudah melaporkan ke Dinas Pendidikan untuk mendapatkan perbaikan bangunan kelas tersebut.
"Sudah dilaporkan, semoga lekas ada tindakan," tandasnya.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini