Hasto menyampaikan secara langsung saat bersilaturahim ke Ponpes Bumi Sholawat, Sidoarjo, Jumat (18/10/2019). Turut hadir dalam acara itu, KH Agoes Ali Masyhuri, Ketua PDIP Jatim Kusnadi, Sekretaris PDIP Jatim Sri Untari, Ketua PDIP Sidoarjo Sumi Harsono dan Direktur Pendidikan Bumi Sholawat Muhdlor Ali.
Di pesantren asuhan KH Agoes Ali Masyhuri (Gus Ali), Hasto menyatakan jika basis pendukung Jokowi-Ma'ruf Amin adalah kaum nasionalis-Soekarnois dan Nahdliyin.
"Dalam kesempatan ini kami ingin berterima kasih kepada kaum Nahdliyin yang bergotong-royong bersama nasionalis-Soekarnois menjaga Indonesia Raya yang ber-Bhinneka ini," kata Hasto dalam sambutannya saat memberikan wawasan kebangsaan di ponpes itu.
Melalui kiprah serta pemikiran Presiden pertama Ir Soekarno dan pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asyari, lanjut dia, ditunjukkan kepada seluruh rakyat, bahwa Indonesia dibangun dengan pondasi yang kokoh dari kaum nasionalis dan religius.
"Kaum nasionalis dan religius adalah satu keping mata uang, tidak akan terpisahkan," tambahnya.
Hasto juga menekankan pentingnya prinsip keTuhanan dan kemanusiaan dalam kehidupan keseharian, termasuk dalam kepemimpinan.
"Maka kita melihat kepemimpinan Ibu Risma di Surabaya yang menata kota, memastikan seluruh anak miskin memperoleh pendidikan yang berkualitas. Itulah prinsip kemanusiaan dalam kepemimpinan yang dipandu oleh nilai-nilai ketuhanan," ujar Hasto.
Hasto juga mengaku kagum dengan kiprah KH Agoes Ali Masyhuri yang berdedikasi tinggi dalam memajukan pendidikan umat serta menjadi panutan dalam menjaga Indonesia Raya.
![]() |
"KH Agoes Ali Masyhuri bukan hanya sosok alim bijaksana. Tapi di dalam dirinya juga ada jiwa patriotik yang menyala-nyala mengobarkan semangat kebangsaan, semangat Indonesia Raya," ujarnya.
Hasto menilai, dengan faktor historis kerja sama nasionalis dan Nahdliyin dalam mewarnai perjalanan republik ini, harus diperkuat ke depannya.
"PDI Perjuangan akan terus bekerja sama dengan Nahdlatul Ulama dalam segala aspek. Penguatan ekonomi umat, pemerintahan, sosial, dan sebagainya demi kemajuan Indonesia Raya," tandasnya.
Sementara Direktur Pendidikan Ponpes Bumi Shalawat Muhdlor Ali mengatakan telah menyatunya jiwa santri dan menjadi nasionalis, karena sejak awal sudah dididik untuk mencintai republik ini, dididik dalam bingkai kebangsaan.
"Bahwa hubbul wathon minal iman, mencintai Tanah Air adalah bagian dari iman," ujar Gus Muhdlor, sapaan akrabnya.
Gus Muhdlor mencontohkan ketika Indonesia yang masih berusia muda dirongrong pemberontakan DI/TII. Kaum santri menunjukkan komitmen nasionalismenya dengan menolak terlibat dalam pemberontakan itu.
Bahkan, NU memberi gelar kepada Bung Karno sebagai waliyyul amri dharuri bi as-syaukah (kepala negara bidang kenegaraan dan keagamaan).
"Kaum santri termasuk di daerah seperti Sidoarjo ini akan terus bertekad untuk menjaga keIndonesiaan bersama kawan-kawan nasionalis-Soekarnois," pungkasnya.
Halaman 4 dari 3
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini