Cerita Pilu Warga Kota Mojokerto Selamat dari Kerusuhan Wamena

Cerita Pilu Warga Kota Mojokerto Selamat dari Kerusuhan Wamena

Enggran Eko Budianto - detikNews
Jumat, 18 Okt 2019 14:07 WIB
Wisnu Gunawan bersama anak dan istrinya (Foto: Enggran Eko Budianto)
Mojokerto - Wisnu Gunawan (35) bersama istri dan dua anaknya berhasil selamat dari kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya. Namun untuk lolos dari konflik tersebut, satu keluarga ini harus mengungsi selama 17 hari dan naik kapal selama sepekan.

Wisnu kembali ke kampung halamannya dijemput mobil Tagana Dinas Sosial Kota Mojokerto, Kamis (17/10). Tak sendirian, dia bersama istrinya Ivoni Martatiwu (34), serta kedua buah hatinya Aisyah Putri Lestari (2) dan Yunita Ramawati Utari (3).

Lelah nampak jelas di wajah mereka. Bahkan kedua anak Wisnu kini mengalami demam, batuk dan pilek.


Pria asal Jalan Kawi, Kelurahan Wates, Kacamatan Magersari, Kota Mojokerto ini merantau ke Wamena sejak 2016. Bersama istri dan kedua anaknya, Wisnu tinggal di sebuah rumah kontrakan di Jalan Pattimura, Distrik Wamena. Sehari-hari dia bekerja sebagai sopir angkutan umum.

Ketenangan keluarga Wisnu terusik pada Senin (23/9). Sekitar pukul 08.30 WIT, dia mendengar suara rentetan tembakan. Warga di sekitar tempat tinggalnya berhamburan keluar rumah. Kebetulan hari itu dia sedang libur sehingga di rumah bersama keluarganya.

Rupanya Wamena sedang dilanda kerusuhan. Warga setempat membakar kios dan membunuh para perantau. Wisnu pun memilih meninggalkan harta benda di rumah kontrakan untuk mengungsi.

"Saya selamatkan anak dan istri dulu dengan mengungsi ke Polres Jayawijaya," kata Wisnu kepada detikcom, Jumat (18/10/2019).

Di Mapolres Jayawijaya, Wisnu bergabung dengan para pengungsi dari berbagai daerah di tanah air. Menurut dia, jumlah pengungsi saat itu mencapai ratusan orang. Kaum pria berjaga untuk mengantisipasi serangan dari warga lokal.

Di hari yang sama, Wisnu mengaku sempat ikut sweeping bersama para pengungsi lainnya. Dia menyebutnya masyarakat satu nusantara.


"Ketemu sama masyarakat sana (warga asli Papua) banyak juga. Kami sempat baku lempar. Mereka mundur, kami sweeping. Ada masyarakat Toraja dibakar hidup-hidup. Kami bawa jenazahnya ke Polres pakai terpal. Setelah itu tidak ada karena kami mau sweeping lagi dilarang polisi," terangnya.

Wisnu dan keluarganya mengungsi di Mapolres Jayawijaya selama 7 hari. Dia lantas dipindahkan ke Masjid Al Aqsa di Sentani. Di tempat ini dia bertahan selama 10 hari.

"Kami diperlakukan dengan baik di sana. Kebutuhan kami dipenuhi," ungkapnya.

Dari Sentani, Wisnu bersama istri dan kedua anaknya terpaksa naik kapal untuk kembali Jawa. Perjalanan laut itu memakan waktu selama 7 hari untuk sampai di Surabaya.

"Kedua anak saya sakit demam, batuk dan pilek saat di kapal dalam perjalanan dari Makasar ke Surabaya. Karena di kapal banyak orang, tidak ada AC sehingga panas," jelasnya.

Kini Wisnu merasa lega karena berhasil kembali ke kampung halamannya. Bersama istri dan kedua anaknya, dia akan tinggal di rumah orang tuanya di Jalan Kawi, Kelurahan Wates.


Kerusuhan Wamena rupanya tak membuat bapak dua anak ini trauma. Dia akan kembali bekerja di Wamena jika situasi kembali aman. Hanya saja istri dan kedua anaknya akan tetap tinggal di Kota Mojokerto.

"Saya akan kembali lagi ke sana sendirian. Tunggu Januari-Februari kalau sudah aman. Karena kabar terakhir yang saya terima, di Wamena masih belum aman, masih ada pembunuhan lagi," tandasnya.
Halaman 2 dari 3
(iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.