Warga Sidoarjo Raup Rp 5 Juta/Bulan dengan Kumpulkan Rumput untuk Obat

Warga Sidoarjo Raup Rp 5 Juta/Bulan dengan Kumpulkan Rumput untuk Obat

Suparno - detikNews
Rabu, 09 Okt 2019 09:29 WIB
Bahan obat herbal yang siap dikirim (Suparno/detikcom)
Sidoarjo - Rumput biasanya tumbuh liar di suatu tempat dan hanya dimanfaatkan untuk pakan ternak. Namun warga Sidoarjo mengumpulkan rumput liar untuk bahan obat herbal.

Ia adalah Mohamad Nur Huda, warga Desa Jabaran RT 08 RW 03, Kecamatan Balongbendo, Sidoarjo. Mohamad tekun mengumpulkan dan mengolah berbagai jenis rumput liar yang ada di sekitar desanya untuk bahan baku obat herbal.


Hampir setiap hari ia mencari rumput yang bisa dibuat obat herbal, di antaranya akar ilalang, suket teki, prompong, jagung pari, benalu pohon kelor, iles-iles, dan mengkudu. Alhasil, ia sering menerima pesanan dari sejumlah perusahaan obat herbal dari berbagai kota.

"Karena banyak pesanan dari berbagai kota di Jawa Timur, akhirnya kami membuat gubuk-gubukan di belakang rumah dan mengajak beberapa teman yang berminat," kata Huda di rumahnya, Rabu (9/10/2019).

Huda mengaku keahlian meracik rumput teki dan tumbuhan lain menjadi obat herbal ia pelajari secara otodidak dari keluarga. Menurutnya, dulu sang kakek sering mengobati warga yang sakit dengan rerumputan seperti ini.

Suket teki bermanfaat untuk menyembuhkan sakit kanker, seperti kanker payudara dan kanker rahim. Mengkudu kering berfungsi sebagai penurun tekanan darah tinggi dan strok. Kemudian benalu juga berfungsi sebagai obat kanker.

"Rumput-rumput itu kami cari di sekitar desa ini, kemudian bersama beberapa teman kami simpan di gubuk yang terletak di belakang rumah. Setelah dipilah-pilah, baru dikirim sesuai pesanan," tambah Huda.


Bapak satu anak itu menyebut tak sulit mendapatkan berbagai jenis rumput tersebut. Pasalnya, rumput yang dibutuhkan tergolong rumput liar. Apabila banyak pesanan, dia akan mencari rumput teki dan tumbuhan yang diinginkan ke desa lain.

Namun rumput liar yang dikumpulkan Huda dan pemuda kampung itu tak bisa langsung dijual, tetapi harus diolah secara sederhana terlebih dahulu. Rumput teki dan ilalang, misalnya, yang diminta para pembeli adalah bagian akarnya.

"Permintaan dari pembeli rumput teki dan ilalang itu hanya akarnya. Maka, sebelum dikirim, kami bersihkan dulu," terangnya.

Lain halnya dengan prompong. Rumput yang biasa tumbuh di lahan kosong pinggir sungai itu dicari bagian batangnya. Batang itu dipotong kecil-kecil dan kemudian dijemur untuk bisa laku dijual. Ia memilahnya secara manual.

Satu kilogram prompong yang telah dijemur laku terjual seharga Rp 23 ribu. Bahkan Huda tidak jarang menerima pesanan rumput liar dari berbagai perusahaan obat herbal dan kosmetik dalam skala besar.


"Karena saat ini era digital, menjual rerumputan itu melalui medsos. Akhirnya banyak pembeli dari luar kota," kata Huda.

Huda tidak hanya mengumpulkan rumput dan tanaman liar untuk pesanan bahan baku obat herbal dan kosmetik. Dia juga melayani pesanan racikan ramuan herbal tersebut. Atas ketelatenan dan kesabarannya, setiap bulan mereka mendapatkan pemasukan sekitar Rp 4-5 juta.

"Selain kami, ada beberapa teman yang mengikuti dan belajar seperti ini. Bahkan salah satu dari mereka hasilnya bisa untuk membayar kuliahnya," pungkas Huda.
Halaman 2 dari 3
(sun/bdh)
Berita Terkait