"Sudah tidak seperti awal. Awal kan masih lumpur terus berubah jadi minyak sama air terus kadang masih ada lumpur-lumpurnya. Tapi sekarang sudah benar-benar campuran minyak dan air murni," ujar Pujianto kepada detikcom di lokasi, Senin (30/9/2019).
Kemudian perwakilan dari Kecamatan Tenggilis Mejoyo, Chandra mengatakan, tampungan minyak dan air sebelumnya di serahkan ke perusahaan swasta bukan ke Pertamina. "Bukan ke Pertamina, tidak pernah di kirim ke sana. Awalnya kirim ke perusahaan pengolahan limbah. Yaitu PT Surabaya Jadi Jaya tapi sekarang kita letakkan di lahan kosong di dekat Jalan Kutisari X," ujar Chandra.
Lalu Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Bakesbangpol Linmas Kota Surabaya, Yusuf Masruh mengatakan, pihaknya akan terus memantau semburan minyak dan air tersebut.
"Jadi ini saya langsung ke sini memastikan karena banyak yang bilang kalau akan diserahkan ke Pertamina, nyatanya tidak. Daripada salah informasi, jadi saya langsung ke sini dan mencari kepastian ke kecamatan langsung," terang Yusuf.
Sementara Dinas Lingkungan Hidup (DLH) ikut memantau dengan mengukur kadar zat yang disemburkan. Salah satu staf DLH, Rina mengatakan, pemantauan sudah dilakukan sejak hari pertama semburan.
"Sudah sejak hari pertama kita lakukan pemantauan. Kita lakukan dari jarak 150 meter ini. Yaitu dari jalan masuk Jalan Kutisari Indah Utara III. Jadi bisa tau apakah udara berbahaya untuk warga sekitar. Tapi, alhamdulillah, sampai sekarang tidak menunjukkan tanda bahaya," ujar Rina.
Semburan minyak dan air mulai muncul dan diketahui warga pada Senin pukul 13.00 WIB. Di hari pertama material yang disemburkan berupa lumpur. Namun di hari berikutnya hingga saat ini, semburan tersebut lebih banyak mengeluarkan minyak bercampur air. (sun/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini