Agus, seorang petani warga Dusun Sambigede, membenarkan apa yang di-posting warganet di medsos. Air Sungai Lemon selama ini dipakai sebagai sumber air irigasi bagi lahan sekitar.
Namun, sejak sekitar 20 hari lalu, airnya berubah menjadi keruh, pekat, dan berbau. Agus juga menyaksikan banyak ikan mengambang di sungai itu yang kemudian dijaring warga.
"Airnya jadi keruh dan bau gitu. Kapan hari banyak ikannya mabuk. Dijaring dapat sekitar 11 kg. Tapi saya nggak ikut makan. Takut keracunan," kata Agus kepada detikcom, Rabu (18/9/2019).
Agus juga khawatir tanaman cabai dan jagung yang disiram memakai air Sungai Lemon akan mati atau beracun jika dipanen dan dikonsumsi warga.
"Saya nggak tahu bagaimana tanaman yang kami siram pakai air sungai ini. Takutnya seperti ikan-ikan kemarin yang pada mabuk. Ini kami kan baru saja tanamnya," kata Agus.
Sungai Lemon mengalir ke arah barat dan bermuara di bawah Sungai Brantas yang berarus deras. Di sungai inilah lokasi konservasi ikan tawes dan jenis ikan sungai lainnya. Lokasinya sekitar 3 km dari pabrik gula dan masuk Desa Tawangrejo.
Konservasi Baderbang ini dikelola Ketua Pokmaswas Fajar Bengawan, Moh Sonhadi. Dia menyatakan area konservasi yang berjarak 3 km tidak terdampak. Namun pihaknya menyayangkan jika upaya penyadaran lingkungan yang selama lima tahun dilakukan gagal total karena limpasan limbah pabrik.
"Kami sudah tebar jutaan bibit ikan bantuan Pemprov di Sungai Lemon. Tapi semua mati akibat terkontaminasi limbah. Saya berharap, pabrik gula segera membenahi proses pengolahan limbahnya. Karena tidak mudah menyadarkan warga sekitar akan pentingnya menjaga ekosistem alam," pungkas Sonhaji. (iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini