"Jumlah ini bakal terus meningkat karena mungkin musim kemarau lama," kata Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Ponorogo Setyo Budiono kepada detikcom, Senin (16/9/2019).
Pada Agustus lalu, BPBD hanya mengirim 51 tangki air per pekan, dengan kapasitas tangki 6.000 liter.
"Dari awalnya minta 1 hingga 2 tangki, ada yang minta tambahan sampai 3 tangki," terangnya.
Menurutnya, untuk memenuhi kebutuhan warga, pihak desa harus berkoordinasi aktif dengan BPBD. Terutama yang paling parah Desa Duri, (Slahung), Desa Dungus (Pulung), dan Desa Dayakan. Mereka meminta kiriman air lebih banyak dari sebelumnya," imbuhnya.
Untuk mengatasi dampak kekeringan, lanjut Budi, pihaknya bakal terus berkoordinasi dengan pemda dan BPBD Provinsi. "Kami juga menyiapkan data, desa mana saja yang butuh pembuatan sumur dalam, agar bisa membantu masyarakat dalam mengatasi kekeringan," lanjutnya.
Budi menambahkan, tidak semua sumur dalam bisa menghasilkan air. "Contoh di Desa Dayakan, ada lima sumur tapi yang berfungsi cuma tiga. Tapi ya minimal membantu mengurangi dropping," pungkasnya.
Simak juga video Waduk Pacal Surut, Lahan Pertanian di 4 Kecamatan Kekeringan:
(sun/bdh)











































