Kedua lempeng jauh berada di permukaan bumi ini, saling bertabrakan sehingga mengakibatkan gempa tektonik. Aktivitas ini disebut normal dan memang menjadi pemicu gempa di wilayah selatan Pulau Jawa.
"Gempa karena aktivitas lempeng Indo-Australia dengan Eruasia. Tumbukan yang terjadi antara kedua lempeng menyebabkan patahan. Nah, hal itulah yang mengakibatkan gempa. Secara teori demikian," terang Kepala Stasiun Geofisika Malang, Musripan, Minggu (15/9/2019).
Musripan mengaku, adanya aktivitas ini sangat membantu kondisi kedua lempeng bumi tersebut. Jika mereka tidak beraktivitas, maka akan bisa menimbulkan kekhawatiran.
Baca juga: Gempa M 3,8 Terjadi di Laut Malang Selatan |
"Yang pertama apakah lempeng tersebut sudah tidak aktif. Hal lain yang ditakutkan adalah energi yang tersimpan akan semakin besar, dan akan berisiko jika kemudian terjadi tumbukan antara keduanya. Skala gempa akan lebih besar dan kuat," ujarnya.
Patahan karena tumbukan lempeng, bisa jadi karena energi kedua lempeng tidak berimbang. Salah satu yang tidak kuat, akan mengalami patah sehingga menimbulkan getaran.
"Jika sama-sama kuat energinya, maka tidak ada patahan. Dan kondisi itu bisa disebut aman," ungkap Musripan. Aktifitas kedua lempeng ini juga disebut normal.
Karena sangat sulit mengetahui kondisi kedua lempeng yang berada jauh dari permukaan bumi. "Kalau ada aktivtas dengan ditimbulkannya gempa, maka kedua lempeng tersebut aktif," pungkas Musripan.
Simak juga video "BMKG Pasang Radar Gempa Bumi & Tsunami di Yogya dan Jateng":
(fat/fat)