Di hadapan mahasiswa baru Unisla, Kapolres Lamongan AKBP Feby DP Hutagalung menyampaikan, saat ini Indonesia tengah dihadapkan pada masalah disintegrasi bangsa. Padahal, Indonesia merupakan negara yang besar di mana suku, budaya dan agama yang berbeda disatukan dalam NKRI.
"Bahwa isu diskriminasi ini diinginkan oleh pihak luar yang ingin memecah belah bangsa Indonesia. Banyak yang ingin memecah belah bangsa dengan menyebarkan paham-paham radikalisme yang menganggap Pancasila itu kafir dan Demokrasi itu kafir," kata Feby, Senin (9/9/2019).
Seminar kebangsaan itu mengusung tema 'Memperkuat Semangat Nasional dan Bela Negara'. Acara yang berlangsung di Aula Unisla itu dihadiri lebih dari 1.000 peserta.
Menurut penelitian dan riset, lanjut Feby, 50 persen penyebaran paham radikal berasal dari media sosial. Sehingga, ia meminta mahasiswa lebih bijak dalam memakai gadget. Dengan memilah dan memilih dalam menerima informasi di media sosial.
"Belajarlah dari guru-guru dan jangan belajar dari media sosial," imbuh Feby.
Selain bahaya disintegrasi bangsa, terang kapolres, ada hal lain yang akan merongrong Bangsa Indonesia. Yaitu peredaran narkotika.
Untuk itu, pihaknya mengajak para mahasiswa untuk bersinergi dan bekerja sama dalam memerangi paham radikalisme dan narkotika, untuk menuju Indonesia yang lebih baik dan damai. "Jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 200 juta jiwa. Dan kita diharapkan menjadi SDM unggul untuk mewujudkan Indonesia yang maju," terangnya.
Senada dengan pihak kepolisian, Rektor Unisla Bambang Eko Muldjono menuturkan, banyak ancaman yang akan menyerang Indonesia melalui media sosial. Untuk itu, pihaknya meminta para pengguna medsos pilah-pilih informasi yang bermanfaat dan jangan mudah terpengaruh dengan medsos.
"20 sampai 30 tahun ke depan Indonesia akan menjadi negara terbesar dengan jumlah penduduk usia produktif 80 juta. Acara semacam ini akan bermanfaat bagi para mahasiswa untuk menuju industri 4.0 dengan tetap dijiwai semangat nasionalisme," jelasnya.
Selain Kapolres Lamongan dan Rektor Unisla, acara seminar kebangsaan itu juga menghadirkan Ketua Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Lamongan, KH Masnur Arif. Ia menyampaikan adanya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dengan mengatasnamakan agama.
"Pergerakan paham radikalisme di Indonesia cukup masif sehingga perlu adanya bentuk pencegahan yang kontinu dan masif untuk melawannya," kata Masnur. (sun/bdh)