Ada tujuh titik yang didata arkeolog BPCB Jatim. Semuanya mempunyai kesamaan material susunan batu bata dengan dimensi besar.
"Indikasi dari dimensi batu bata dengan panjang 32-33 cm, lebar 21-23 cm dengan ketebalan 5-7 cm, itu masuk tipologi era Majapahit," kata Arkeolog BPCB Jatim, Wicaknoso Dwi Nugroho kepada detikcom di lokasi, Rabu (4/9/2019).
Selain itu, lanjut dia, susunan di beberapa titik yang terdata ada gabungan antara batu bata dengan bebatuan andesit. Wicaksono menilai, kelihatannya ada kombinasi arsitektual di bangunan komplek percandian di Desa Gedog, Sananwetan ini.
Sedangkan yoni yang terletak di bawah pohon beringin di punden Joko Pangon, diduga bagian dari candi. Sayangnya, petugas belum menemukan lingga yang biasanya menjadi pasangan keberadaan yoni.
"Untuk dimensi yoni panjang 41 cm, lebar 41 cm dan tinggi 81 cm. Lubang tengah persegi dengan panjang dan lebar 17 cm dengan kedalaman 48 cm. Kemudian cerat di depan yoni hilang. Penyangga cerat naga rumpil di bagian kepala. Lingga belum ditemukan," kata Arkeolog BPCB Jatim lainnya, Nonuk Kristina.
Menurut cerita warga sekitar, selain yoni, dulu di punden Joko Panggon juga terdapat lingga dan sebuah patung Ganesha. Namun kedua benda itu tak ada yang mengetahui keberadaaanya saat ini.
Sementara untuk satu keping golden tahun 1856 dan sebuah patung kepala naga dari batu disimpan di rumah juru kunci punden Joko Pangon.
Tonton juga video Ditemukan Candi Baru di Magelang, Kini Tengah Diekskavasi:
(fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini