Kapolsek Diwek AKP Bambang Setyo Budi mengatakan, mayat Syaifulloh (58) pertama kali ditemukan Safiul Anam (22), anak kandungnya sekitar pukul 05.30 WIB. Petani tebu asal Dusun/Desa Keras itu tewas dengan posisi tubuhnya miring ke kanan di lahan tebu miliknya.
Tebu di lahan milik korban sudah ditebang. Di sekitar mayat Syaifulloh terlihat banyak arang bekas daun tebu yang telah dibakar. Korban ditemukan tak bernyawa dalam kondisi hangus.
"Saat ditemukan, luka bakar pada tubuh korban hampir 80 persen," kata Bambang kepada wartawan, Rabu (28/8/2019).
Menemukan ayahnya tewas dengan luka bakar, Safiul pun melapor ke Kepala Dusun Keras Ali Fatkhur. Ali lantas melapor ke Mapolsek Diwek. Polisi pun datang ke lokasi penemuan mayat untuk melakukan olah TKP.
Bambang menjelaskan, Syaifulloh terkahir kali bertemu keluarganya pada Selasa (27/8) sekitar pukul 18.30 WIB. Saat itu korban pamit pergi ke kebun untuk membakar dedaunan tebu yang telah ditebang.
"Karena sampai pagi korban tidak pulang, anaknya mencari ke lahan tebu milik korban. Ternyata korban sudah meninggal," terangnya.
Berdasarkan hasil visum luar terhadap mayat Syaifulloh oleh petugas medis Puskesmas Brambang, Kecamatan Diwek, kata Bambang, tidak ditemukan bekas penganiayaan pada tubuh korban.
"Korban meninggal karena tidak sengaja terbakar pada saat korban membakar daun tebu kering di area persawahan miliknya," tandasnya.
Oleh sebab itu, jasad Syaifulloh langsung diserahkan kepada keluarganya untuk dimakamkan. Istri korban menerima kejadian ini sebagai kecelakaan. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini