"Karena memang sudah ditentukan saat lamaran kalau hari ini, hari baik untuk kami berdua," kata Widayanto kepada detikcom, Rabu (28/8/2019).
Pernikahan mereka menyedot perhatian para karyawan RSUD. Bahkan Direktur RSUD dr Made Jeren juga tampak di tengah-tengah mereka.
Mengenakan gaun putih, sang mempelai wanita tampak anggun. Di sampingnya ada mempelai pria yang tampak gagah dengan jas dan peci hitam. Di depan mereka ada meja hijau, orang tua kedua belah pihak dan penghulu serta saksi pernikahan.
Saat proses ijab qabul, suasana haru sekaligus bahagia menyeruak. Tangis bahagia kedua keluarga pun tak bisa dibendung.
"Ya bahagia campur haru, alhamdulilah ijaban tadi lancar," terangnya.
Widayanto tidak menyangka, kecelakaan itu terjadi tepat 3 hari sebelum pelaksanaan ijab qabul. Saat dihubungi kekasih hatinya kecelakaan, dia pun bergegas memacu sepeda motornya ke rumah sakit.
"Pikiran saya waktu itu kosong, pokoknya pengen cepat sampai. Saya khawatir sama keadaan istri," imbuhnya.
Apalagi menunggu momen ini bukanlah perkara mudah bagi keduanya. Sebab mereka sempat terpisah beberapa tahun karena menjadi TKI.
"Saya kan ke Jepang terus istri ke Hongkong, nah hari ini memang hari baik kami jadi harus menikah. Kalau ditunda tidak bisa, harus nunggu beberapa tahun lagi," lanjutnya.
Sementara Eka menyesal tidak mengindahkan nasihat orang tua sehingga mengalami kecelakaan. Sesaat sebelum keluar rumah hendak menghadiri resepsi pernikahan temannya, ia sudah diingatkan sang ibu.
"Kan dipingit, jangan keluar rumah. Tapi saya tetap ngeyel, akhirnya diantar adik saya lalu kecelakaan itu," jelasnya.
Nasi sudah menjadi bubur, penyesalannya pun tidak ada artinya lagi. Beruntung Eka masih diberi kesempatan hidup, hanya saja dia mengalami patah tulang pada bagian paha kanan.
"Ya tadi persiapan sebelum didandani dan ijaban saya diinjeksi pereda nyeri," kata dia.
Kemudian Humas RSUD Suprapto menambahkan, pelaksanaan ijab qabul dilaksanakan di hall Ruang Tulip. Hal ini sesuai dengan persetujuan dokter.
"Kan dia habis operasi patah tulang paha pada Minggu (26/8) sore. Itu kan masuk operasi besar jadi butuh perawatan intensif minimal 7 hari nanti dilihat kondisinya seperti apa. Kalau pulang takutnya ada infeksi," tandasnya.
Akhirnya karena pihak keluarga mengatakan ada hajatan pernikahan yang tidak bisa ditunda, pihak rumah sakit memperbolehkan kedua mempelai melaksanakan pernikahan di rumah sakit. Dengan berbagai pertimbangan matang.
"Ya kita persiapan cuma seadanya menyediakan meja dan kursi, untungnya berjalan lancar," pungkasnya.
Halaman 2 dari 3