Setidaknya ada 52 stand batik berjajar memenuhi halaman Taman Krida Budaya Jawa Timur yang berlokasi di Jalan Soekarno-Hatta, Kota Malang.
Para peserta festival berasal dari 22 kelurahan di Kota Malang, komunitas pembatik, serta 9 daerah lain diantaranya Trenggalek, Magetan, Ngawi, Mojokerto, Probolinggo, Kabupaten Malang, Tuban serta Jombang.
Masing-masing stand memamerkan hasil karya batik mereka. Mulai dari motif cap, tulis, shibori, ecoprint sesuai dengan corak khas yang dimiliki. Mereka menyiapkan ruang edukasi bagi pengunjung untuk belajar membatik.
Karya pembatik secara bergantian turut dikenalkan melalui fashion show. Stand terbaik juga akan mendapatkan trofi dan uang pembinaan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Malang selaku penyelenggara.
Harga jual batik, baik dalam bentuk kain maupun pakaian dibandrol dengan harga sesuai dengan tingkat kesulitan pembuatannya.
"Motif batik juga memamerkan hasil karya 9 daerah di Jawa Timur. Selain karya pembatik asal 22 kelurahan di Kota Malang. Batik-batik itu juga difashion kan, artinya untuk mengenalkan lebih dekat kepada masyarakat," terang Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Malang Ida Ayu Made Wahyuni kepada wartawan di sela pembuka Festival Batik Ngalam 2019, Senin (26/8/2019).
Beberapa daerah di Jawa Timur turut andil adalah Magetan, Trenggalek, Ngawi, Mojokerto, Blitar, Tuban, Probolinggo, Madiun, Kota Batu, dan Kabupaten Malang.
Ida mengungkapkan, festival menjadi ajang eksplore bagi seluruh karya batik, baik lokal Malang maupun daerah lain di Jawa Timur. Bagi kelurahan yang belum terlibat, bisa nantinya menunjukkan potensi yang dimiliki.
"Jadi seiring yang diwacanakan Pak Wali one village one product. Sekarang masih 22 kelurahan dari 57 kelurahan yang ada. Semua stand yang ikut masing-masing memamerkan karyanya," ujarnya.
Pihaknya mengaku, selama ini telah aktif memberikan pembinaan terhadap pembatik lokal. Selain workshop untuk mengenalkan motif-motif batik baru, akan tetapi pembatik tetap diharapkan menonjolkan kearifan lokal.
"Seperti apa corak Malang, misalnya ada teratai yang kita unggulkan, ada topeng yang harus ditonjolkan. Dan itu semua adalah ikon Malang, yang diangkat menjadi ciri khas. Kemudian kita juga promosikan," tuturnya.
Festival Batik Ngalam, kata dia, bisa menjadi wahana baru, untuk mendongkrak dunia pariwisata di Kota Malang. Dia mengungkapkan, sebagai ciri khas, batik Malangan masih mempunyai terkendala jika diproduksi dalam jumlah besar.
"Karena untuk cetak harus ke Jawa Tengah. Kedepan dan ini diharapkan bisa segera terwujud, produksi bisa melalui Perumda yang akan dibentuk," ulasnya. (fat/fat)