"OPOP Training Center ini mimpi, saya ketemu Pak Hermawan Kertajaya masih setengah curhat. Beberapa bulan setelahnya, silaturahmi dengan Prof Nuh. Saya kaget ternyata sudah jadi ekosistemnya, tempatnya, bukunya. Ini tidak sekadar mimpi, kita boleh menyusun mimpi, tapi hari ini insya Allah mimpi ini bisa menjadi kenyataan," kata Khofifah di Kampus Unusa Jalan Jemursari Surabaya, Kamis (22/8/2019).
Khofifah juga melihat potensi pesantren di Jatim yang cukup besar. Tinggal bagaimana membangun jejaringnya agar produk dari pesantren bisa dikenal publik. Selain itu Khofifah menyampaikan, produk dari pesantren bisa dibenahi kualitasnya dan ditingkatkan kuantitasnya.
"Karena di Jawa Timur jumlah pesantrennya banyak ada lebih dari 6 ribu pesantren. Cuma banyak di antara mereka yang tidak mendapat pendampingan secara komprehensif. Artinya kualitasnya, jejaring marketnya kalau bahasa saya mungkin ada yang memang belum punya GPS. Jadi kalau ada produk-produk yang memiliki kemiripan harus disiapkan RnD jadi tidak bisa hari ini kita berbicara daya saing tanpa disupport oleh research and development," imbuhnya.
Untuk itu, dengan ditemukannya OPOP Training Center di Unusa, Khofifah mengatakan pengembangan ini akan lebih baik.
"RnD ini mahal tetapi kalau bersambung dengan perguruan tinggi yang memang punya lembaga riset dan lembaga pengembangan, maka Training Center OPOP ini memang harus di perguruan tinggi, maka kita bisa memberikan pelatihan, pendampingan sampai kemudian membangunkan jejaring," lanjut Khofifah.
Di kesempatan yang sama, Khofifah berharap hal ini bisa memandirikan pesantren hingga santri. Di mana, jika lulus nanti para santri bisa hidup mandiri. Khofifah berharap selain Unusa, OPOP Training Center juga bisa dibangun di Perguruan tinggi lainnya di Jatim.
"Tidak hanya menyiapkan kemandirian pesantren saja tapi juga kemandirian santrinya. Nanti setelah lulus dari pesantren mereka lebih siap untuk mandiri lewat sektor apapun. Memandirikan warga itu menjadi penting apalagi yang mandiri kemudian bisa membuka lapangan kerja," harap Khofifah.
"Ini di sini Training Center OPOP, hari ini yang kita resmikan di Unusa. Kalau kemudian ini bisa menjadi bagian yang bisa kita luaskan, saya berharap perguruan tinggi yang lain bisa menyiapkan," lanjutnya.
Sementara itu Ketua Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (Yarsis), Prof Mohammad Nuh DEA menambahkan, kerja sama ini tak hanya antara Pemprov Jatim dengan UNUSA saja. Namun dengan International Council for Small Business (ICSB).
"Dengan konektifnya Unusa dengan ICSB itu, maka case-case yang ada di luar negeri yang success story-nya bisa kita ambil dan sangat dimungkinkan juga bisa kita kirim barang ke sana," kata Prof Nuh.
Prof Nuh menyebut nanti produk dari pesantren ini tak hanya berupa barang seperti makanan hingga pakaian. Namun juga berbentuk software yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.
"Nanti produknya bukan hanya produk yang sifatnya ada barangnya. Tapi misalnya anak-anak buat software, jangan hanya menampilkan kue bolu, jenang, kopiah, sarung saja. Bukan hanya itu. Kita mencari terobosan," pungkasnya. (sun/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini