22 Desa di 12 Kecamatan Bojonegoro di Dropping Air Bersih Bergiliran

Bojonegoro - 22 Desa di 12 kecamatan Bojonegoro meminta dropping air bersih. Ini lantaran kekeringan di musim kemarau terus meluas. Banyaknya warga yang meminta suplai air bersih, BPBD Bojonegoro pun membuat pola pengiriman bergiliran.

"Untuk saat ini tercatat sudah ada 22 desa yang mengajukan permintaan air bersih dan sudah kita lakukan dropping air secara bergiliran. Untuk wilayah paling sulit air, ada di beberapa desa di Kecamatan Kedungadem," kata Sekretaris BPBD Bojonegoro Nadif Ulfa kepada detikcom saat dikonfirmasi, Kamis (22/8/2019).

Sementara 12 kecamatan yang desanya terdampak kekeringan di antaranya Kepohbaru, Kedungadem, Temayang, Sugihwaras, Tambakrejo, Ngraho, Kapas, Sumberejo, Kasiman, Ngasem.

"Agar tidak terjadi antrean lama saat air tiba di lokasi, warga bisa membuat tandon air dari terpal atau menggunakan sumur jubin. Lalu warga bisa mengambil air sendiri sesuai dengan kebutuhan atau dibagi merata pada setiap warga," tambahnya.

Baca juga: Krisis Air Bersih Paksa Warga Jombang Mengais Air dari Sungai Kering

Data yang dihimpun dari BPBD Bojonegoro, sekitar 74 desa yang berpotensi terdampak kekekeringan jika kemarau terjadi cukup panjang.

"Kalau mengacu pada tahun sebelumnya, jika kemarau panjang akan ada sekitar 74 desa yang berpotensi alami kekeringan. Tapi kalau tahun ini, sementara menurut BMKG kemarau akan terjadi hingga awal bulan Oktober," tambahnya.

Hingga kini, ada 3 kendaraan truk tangki yang digunakan untuk proses dropping air bersih ke pelosok desa.

Meski sudah didropping air bersih, namun ada juga warga yang membeli air galon untuk kebutuhan sehari-hari karena sulitnya sumber air.

"Bisa saja terjadi kalau ada warga yang sampai beli air, itu mungkin saat kita dropping air di desa itu belum tiba. Tapi mereka sudah lebih dulu butuh air. Namun jumlah warga yang sempat beli air juga tidak banyak kok," tandasnya. (fat/fat)