Warga dari berbagai kecamatan berbondong-bondong mengantre di klenteng sejak Senin (19/8/2019) siang. Sebagian di antaranya adalah anak-anak. Untuk mencegah terjadinya kericuhan dan berdesak-desakan, panitia langsung mengumpulkan seluruh warga yang datang ke aula dengan dibagi menjadi dua kelompok, yakni lansia dan usia produktif.
Mereka harus mengentre hingga prosesi sembahyang di dalam dan di luar kelenteng selesai dilaksanakan.
Wakil Ketua Umum Klenteng Tjoe Tik Kiong Tulungagung, Wibitono, mengatakan dalam tradisi ini pihaknya menyediakan 3.000 paket sembako. Terdiri dari beras, gula serta beberapa bahan pokok lainnya.
"Ini merupakan sumbangan dari umat yang beribadah di klenteng sini," kata Wibitono, Senin .
Menurutnya, tradisi sembahyang rebutan tersebut rutin digelar setiap tahun pada bulan ke-7 penanggalan Cina. Dalam kepercayaan warga keturunan Tionghoa, pada saat itulah Tuhan membuka pintu neraka dan memberikan kesempatan kepada para arwah untuk turun ke bumi.
"Turun untuk mencari peribadatan atau sembahyangan. Nah, untuk upacara hari ini kami menyajikan semuanya (sesaji) ini untuk para arwah yang dikenal atau tidak serta setan supaya bisa tenang dan tidak menganggu yang masih di dunia ini," ujarnya.
Wibi menambahkan dalam kegiatan sembahyang rebutan tersebut pihaknya telah melakukan berbagai persiapan termasuk menyiapkan strategi pengamanan dengan dibantu aparat kepolisian dan TNI. Sebab setiap kali Ulam Bana digelar, ribuan warga dari berbagai kecamatan berbondong-bondong ke klenteng untuk mendapatkan jatah sembako.
Sementara itu salah seorang warga, Wartini, mengaku bersyukur bisa mendapat bantuan sembako dari klenteng, karena bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Ya lumayan lah, dapat beras, minyak, gula. Saya baru tahu ini ke klenteng ini," ujar Wartini. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini