Sudah dua bulan ini, Juwari dan keluarganya mengandalkan air sungai atau meminta tetangga yang sumurnya masih ada sumber air. Bahkan jika sudah tak ada air, dia terpaksa membeli air galon isi ulang yang dijual warga lain dengan harga per jerigen sebesar Rp 5 ribu.
"Dua bulan kekeringan di kampung sini. Biasanya nimba di sumur tetangga, tapi ini sudah mulai kering rata rata sumurnya," kata Juwari kepada detikcom saat dikonfirmasi, Minggu (3/8/2019).
Beruntung, seminggu ini BPBD Bojonegoro telah menyalurkan air bersih di daerahnya. Juwari dan suami yang sehari-hari bertani ini, sangat terbantu dengan adanya suplai air dari BPBD Bojonrgoro. Di kampungnya, kiriman suplai air bersih dari pemerintah kabupaten sudah empat kali dilakukan.
"Baru empat kali ini dapat kiriman air, ya terbantu dengan air ini, karena bisa untuk kebutuhan masak dan mandi," tambahnya.
Sementara salah satu perangkat desa setempat, Setiono (45) mengatakan sebanyak 90 kepala keluarga (KK) yang kekurangan air bersih terbantu dengan penyaluran air bersih. Warga tak kesulitan lagi mencari sumber air bersih ataupun sungai yang tak terdeteksi kebersihannya.
"Yang jelas terbantu warga desa kami kalau ada dropping air. Karena sebelumnya terpaksa beli air ke warga yang jualan dengan harga 10 ribu untuk dua jerigen," jelas Setiono.
Dropping air di Desa Sumberjo Kidul oleh BPBD Bojonegoro sangat membantu warga, meski tiap kiriman hanya satu truk tangki 5.000 liter. Warga juga sangat antusias dengan membawa timba dan jerigen untuk di tandon di rumah masing masing. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini