Selain perwakilan dari Dinas Sosial Situbondo, sejumlah personel kepolisian juga ikut mengawal para korban human trafficking itu ke Surabaya. Mereka akan diserahkan ke PPT Dinas Pemberdayaan Wanita dan Perlindungan Anak Propinsi Jawa Timur.
"Selama di PPT nanti mereka akan mendapatkan berbagai pelayanan. Baik konsultasi kesehatan maupun pemulihan kondisi psikologis," kata Kapolres Situbondo AKBP Awan Hariono usai melepas keberangkatan para korban di mapolres, Selasa (30/7/2019).
Seperti keterangan yang dihimpun detikcom, latar belakang belasan gadis tersebut terbilang beragam. Ada yang pernah bekerja di tempat-tempat karaoke di luar Jawa. Bahkan ada yang sempat menjadi anak jalanan
Sebagian korban sudah memiliki tato di tubuhnya. Tato itu konon sudah ada sebelum mereka tiba di Situbondo. Salah satu korban mengaku sudah memasang tato sejak ia memutuskan berhenti sekolah saat duduk di bangku kelas 2 SMP.
"Ya mereka rata-rata juga pernah menjadi pemandu karaoke. Mereka sampai di sini karena salah satu korban ada yang kerja di sini. Terus mengundang teman-temannya," papar Kasubbag Humas Polres Situbondo, Iptu H Nanang Priyambodo.
Sementara Kepala Dinas Sosial Situbondo Lutfi Joko Prihatin mengatakan, rata-rata, para korban merupakan anak yang putus sekolah. Penyebabnya beragam, mulai dari broken home karena orang tuanya bercerai, kurangnya pengawasan dan lain-lain.
"Keterangan itu kami peroleh setelah ikut melakukan pendampingan terhadap para korban selama di Situbondo. Jadi mereka adalah anak-anak putus sekolah," papar Lutfi Joko Prihatin. (sun/bdh)