Wali murid itu bernama Siswoyo. Kepada wartawan ia menyampaikan, anaknya ditampar karena salah saat mengerjakan tugas.
"Kalau nggak ditanya nggak cerita. Kejadian dua kali, pada Selasa dan Kamis, pekan lalu. Pengakuan anak saya ditampar di bagian pipi. Alasannya salah mengerjakan tugas," kata Siswoyo kepada wartawan, Rabu (24/7/2019).
Ia menyayangkan tindak kekerasan yang dilakukan guru Matematika berinisial L itu. Penamparan yang dilakukan sang guru membuat anaknya trauma hingga sempat ogah masuk sekolah.
"Kalau saya lihat di tugas-tugas anak saya, salahnya hanya satu dan dua saja. Takutnya nanti berdampak kepada psikologis anak saya," terang Siswoyo yang tadi sempat mengantarkan anaknya sekolah.
"Waktu saya tanya kenapa kok nggak masuk sekolah. Ya takut Yah masak tiga kali," imbuh Siswoyo menirukan perkataan anaknya.
Ia bercerita, hingga tadi pagi sang anak masih ragu untuk berangkat ke sekolah. Beruntung sang ayah berhasil merayunya.
"Tadi masih ragu masuk. Kayak iya kayak tidak. Tadi saya bilang jika guru tersebut tidak lagi mengajar, anak saya mau berangkat ke sekolah. Tadi juga tidak langsung belajar di kelas, tapi di ruang perpustakaan katanya ada bimbingan," tambahnya.
Mendengar pengakuan sang anak, Siswoyo berharap bisa menemui sang guru yang bersangkutan. Ia penasaran mengapa guru tersebut bisa melakukan tindak kekerasan seperti penamparan dan mencubit anak didiknya.
"Saya sebenarnya ingin bertemu dengan yang bersangkutan, apa motivasi guru tersebut melakukan hal itu. Tapi sampai sekarang belum bisa ketemu," lanjut Siswoyo.
Menanggapi aksi kekerasan tersebut, Siswoyo berharap sang guru mendapatkan hukuman dari Dinas Pendidikan. Seperti dimutasi ke sekolah lain.
"Harapannya dimutasi aja dari sekolah sini. Karena kasihan nanti ada korban lagi," pungkas Siswoyo.
Sebelumnya diberitakan, sang guru perempuan itu melakukan tindak kekerasan pada tiga muridnya. Selasa (23/7), dua wali murid datang ke sekolah mengadukan jika anaknya menjadi korban kekerasan sang guru. Satu di antaranya sampai trauma dan enggan masuk sekolah seperti yang dialami anak Siswoyo. Bedanya, anak Siswoyo ditampar, sedangkan dua korban lainnya dicubit sang guru.
Saksi Mata Nestapa Siswa Junior:
(sun/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini