Kepala Badan Karantina Pertanian Ali Jamil mengatakan pihaknya selalu mendorong eksportir agar komoditas sebelum diekspor diolah terlebih dahulu. Sebab jika sudah diolah, komoditas akan mempunyai nilai tambah.
"Hari ini kita melepas ekspor berbagai macam produk pertanian kita dari pintu Surabaya dari dari Tanjung Perak dan Bandara Juanda," kata Jamil saat melepas ekspor di kantor Karantina Pertanian Surabaya, Selasa (16/7/2019).
"Kami juga mendorong para eksportir agar tidak lagi mengekspor komoditas mentah ke luar negeri. Olah dahulu minimal menjadi barang setengah jadi agar komoditas pertanian tersebut memiliki nilai tambah," Jamil menambahkan.
Menurut Jamil pada pelepasan ekspor kali ini ada lima komoditas yang sudah mengalami proses pengolahan sehingga memiliki daya simpan lebih lama. Tak hanya itu, komoditas juga bernilai ekonomi lebih sehingga dapat menembus pasar ekspor baik Asia maupun Eropa.
Adapun lima komoditas ekspor itu antara lain 15,12 ton porang chips senilai Rp 365 juta tujuan Tiongkok, 302,4 ton minyak goreng beku (shortening) senilai Rp 2 miliar, 5,17 ton kopi olahan senilai Rp 229 juta tujuan Saudi Arabia, 200 kg bakso senilai Rp 64 juta tujuan Hongkong. Sedangkan untuk komoditas ekspor tujuan Eropa yakni 23,52 ton singkong beku dengan nilai ekspor Rp 320 juta tujuan Inggris.
Sebagai perbandingan antara komoditas mentah dan sudah diolah di pasar ekspor, harga porang mentah per kilonya Rp 4 ribu. Namun setelah diolah naik menjadi Rp 14 ribu. Begitu juga dengan singkong mentah hanya Rp 1.750 per kilonya sedangkan untuk yang sudah diolah bisa mencapai Rp 13.500 per kilo.
Menurut Jamil, ada lima komoditas olahan pada pelepasan ekspor kali ini sehingga memiliki daya simpan lebih lama. Tak hanya itu, komoditas juga bernilai ekonomi lebih sehingga dapat menembus pasar ekapor baik Asia maupun Eropa.
Adapun lima komoditas ekspor itu antara lain 15,12 ton porang chips senilai Rp 365 juta tujuan Tiongkok, 302,4 ton minyak goreng beku (shortening) ke Tiongkok senilai Rp 2 miliar, 5,17 ton kopi olahan senilai Rp 229 juta tujuan Saudi Arabia, 200 kg bakso senilai Rp 64 juta tujuan Hongkong. Sedangkan untuk komoditas ekspor tujuan Eropa yakni 23,52 ton singkong beku dengan nilai ekspor Rp 320 juta tujuan Inggris.
Sebagai perbandingan antara komoditas mentah dan sudah diolah di pasar ekspor, harga porang mentah per kilonya Rp 4 ribu. Namun setelah diolah naik menjadi Rp 14 ribu. Begitu juga dengan singkong mentah hanya Rp 1.750 per kilonya sedangkan untuk yang sudah diolah bisa mencapai Rp 13.500 per kilo.
"Diversikasi produk di sini kita lihat hari ini kita melihat yang kita lepas produk setengah jadi dan sudah jadi. Ada yang namanya umbi porang. Itu diekspor dalam bentuk chip itu umbinya harganya cukup tinggi jika sudah diolah mencapai Rp 14 ribu yang sebelumnya masih mentah hanya Rp 4 ribu saja," terang Jamil.
Pada pelepasan komoditas ekspor tersebut, Jamil juga berpesan di depan para ekaportir agar keuntungan yang didapat dibagi dengan para petani. Sebab, menurutnya para petani lah yang paling berjasa dalam hal ini untuk produk-produk pertanian yang diekspor.
"Pesan kami kepada rekan-rekan eksportir untuk membagi margin keuntungannya kepada para petani. Karena tidak ada yang mengusahakan bertanam kecuali para petani sendiri. Nah maka dengan demikian minta tolong kepada eksportir uang keuntungannya dibagi kepada para petani," pungkas Jamil.
(fat/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini