Bertempat di Banyuwangi, mereka meneliti bahasa Using (bahasa khas warga asli Banyuwangi), Jawa, Sunda dan dan bahasa-bahasa lokal di sekitar pulau Jawa, Sabtu dan Minggu (6-7/7/2019).
"Ini konferensi para peneliti bahasa, Jawa, Bali, Saksak, Bali, Sunda, Madura, dan bahasa yang ada di sekitar Jawa dan sekitarnya. Semua ada 35 peneliti, separuh Indonesia dan separuh luar negeri. Kita melakukan pertemuan setiap 2 tahun sekali," kata Thomas Conners Panitia Penyelenggara ISLOJ, di sela Simposium ISLOJ, di Hotel Ketapang Indah, Banyuwangi, Minggu (7/7/2019).
Banyuwangi sendiri dipilih menjadi tuan rumah penyelenggaraan ISLOJ ke 7 karena dinilai memiliki bahasa lokal yang unik. Sebelumnya, digelar di Palembang, Bali, Lombok, dan Bandung.
"Bahasa di sini menarik sekali, ciri cirinya, kulturnya, beda dengan bahasa jawa yang lain. Ini untuk mendukung juga. Kegiatan ini sekaligus untuk membangkitkan kerjasama peneliti luar dan dalam negeri, kemudian mendukung daerah yang lokal," paparnya.
Ajang ini digelar untuk menguatkan bahasa-bahasa lokal yang dinilai terancam hilang bila tidak tercatat. Saat ini dari 700 bahasa di Indonesia hanya 50-an bahasa yang tertulis. Sisanya terancam kepunahan.
"Banyak bahasa yang hilang dan terancam. Dari 700 bahasa di Indonesia, ketemu bahasa kecil, besar, bahasa yang tertulis dan tak tertulis. Dari 700 yang tertulis jumlahnya dikit, hanya sekitar 50 an. Sunda dan Jawa jumlah penutur nya banyak tapi masih terancam," kata Thomas.
Thomas mencontohkan, mengapa bahasa lokal yang belum banyak tercatat bisa terancam hilang. Salah satunya karena faktor pola asuh anak yang kurang tepat, seperti cenderung mengajarkan anak berbahasa Indonesia atau bahkan Inggris, dibandingkan bahasa lokal daerahnya.
Menurutnya, Bahasa Indonesia dan Inggris bisa dipelajari di bangku pendidikan, dan belum tentu tersedia di pendidikan formal. Dia mencontohkan bahasa lokal yang diajarkan di bangku sekolah, justru terpusat di bahasa Jawa daerah Jogjakarta dan Solo.
"Kita mengutamakan bahasa yang tidak diutamakan, kita lihat pendidikan Bahasa Jawa. Itu kan Jawa Jogja, bukan Jawa Banyuwangi. Kemudian di Indramayu, Banten, yang diajarkan di sekolah bahasa Jawa Jogja, Solo, (bukan bahasa Jawa lokalnya). Kita coba untuk mendukung, varian yang berbeda, itu kan bahasa alami, bahasa jawa Using, Cirebon, itu semua bahasa yang alami," papar pria yang saat ini menjadi akademisi di University of Maryland, Amerika Serikat.
Sementara itu, pegiat Bahasa Using, asal Banyuwangi yang ikut dalam ISLOJ, Antariksawan Jusuf menambahkan, dirinya membawakan makalah berjudul "Standart Javanese versus Using Banyuwangen: A Note in the Distinctive Features Found In the Two Dialects", yang berisi tentang perbedaan bahasa Jawa dan Using.
"Terutama di pembentukan kata awalan, sisipan dan akhiran, yang ada di dalam bahasa Using tidak ada di Jawa dan sebaliknya. Ini perlu dikuatkan karena selalu muncul perdebatan, apakah Bahasa Using itu dialek Jawa atau enggak. Saya mengamati lebih banyak ke perbedaan imbuhan dalam bahasa Jawa dan Using," kata Antariksawan.
Dia melanjutkan, generasi muda di Banyuwangi saat ini sudah bangga berbahasa Using. Hal ini juga didukung dengan komunitas maupun pemerintah yang mendukung tergeraknya event yang mendukung budaya masyarakat Using.
"Sekarang memang ada semacam kebanggaan pakai bahasa Using, meski harus tetap ditumbuhkan. Dengan majunya pariwisata harapannya, bisa membawa dampak bahasa Using ke Anak-anak, paling nggak banyak yang ditampilkan dalam festival Banyuwangi, budaya Banyuwangi yang mau tidak mau bersentuhan dengan Bahasa USing," katanya.
Sementara itu Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyambut baik ajang Internasional Symposium on the Language Of Java (ISLOJ). Saat ini Banyuwangi menjadi pusat penelitian berbagai kalangan termasuk pakar bahasa.
"Banyuwangi saat ini menjadi jujugan peneliti untuk belajar berbagai macam, termasuk bahasa. Kami bangga banyak orang melestarikan bahasa daerah agar tidak punah. Kami sendiri telah melakukan berbagai cara agar masyarakat mau belajar budaya dan sastra melalui Banyuwangi Festival," tambahnya.
(iwd/iwd)











































