"Air bersih mulai kita salurkan ke Desa Cukurguling dan Jeladri. Dua desa ini sudah masuk kering kritis. Di lokasi ini, air di HIPPAM (Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum) desa sudah sangat kecil sehingga menjadi prioritas untuk disuplai," kata Kapala BPBD Kabupaten Pasuruan, Bakti Jati Permana saat dikonfirmasi, Senin (1/7/2019).
Kedua desa tersebut akan dikirim satu rit air setiap hari. Jumlah pengiriman bisa bertambah bergantung kondisi lapangan. Selain dua desa ini, BPBD terus memantau desa-desa lain yang masuk peta rawan kekeringan.
"Rencanya satu rit per desa, tapi tetap menyesuaikan kondisi lapangan. Kalau pemdes minta tambahan, kita bisa usahakan lagi sepanjang sesuai aturan. Pihak swasta juga sudah kami informasikan agar memberikan dukungan," terangnya.
Desa Jeladri dan Desa Cukurguling merupakan dua dari 21 desa di 7 kecamatan masuk peta rawan kekeringan pada musim kemarau 2019 ini. Di 21 desa tersebut terdapat 5.503 Kepala Keluarga (KK) atau 20.968 jiwa rawan terdampak krisis air atau kering kritis.
Meski sudah dua desa masuk katagori kering kritis, namun pemerintah setempat belum menetatapkan status tanggap darurat bencana kekeringan. Status tanggap bencana merupakan sarat BPBD melakukan distribusi air bersih.
"Belum (status tanggap darurat), (laporan) masih naik ke pimpinan," pungkas Bakti.
Rodiah, warga Desa Jeladri mengungkapkan, untuk mendapatkan air dari tandon, warga harus rela menunggu 12-24 jam. "(Antre air saat musim kemarau) sudah saya alami bertahun-tahun," terangnya.
Dengan distribusi air yang dilakukan BPBD, ia berharap tak harus menunggu lama mengisi air.
(fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini