Humas RSUD dr Soedomo Trenggalek, Sujiono mengatakan ratusan pasien merupakan akumulasi selama bulan Januari hingga Mei 2019. Terdiri dari berbagai jenis hepatitis, mulai dari akut hingga kronis.
"Kalau melihat data register rawat inap, 90 persen kondisinya membaik. Namun ada empat orang yang meninggal dunia dengan rincian tiga meninggal saat menjalani perawatan kurang dari 48 jam. Sedangkan satu meninggal setelah dirawat lebih dari 48 jam," kata Sujiono saat dikonfirmasi, Senin (1/7/2019).
Sedangkan untuk bulan Juni, RSUD Trenggalek sempat menangani lima orang dengan diagnosa terjangkit hepatitis. Seluruh pasien yang terpapar virus hepatitis dilakukan penanganan sesuai prosedur dan ditangani di ruang isolasi khusus. Hal itu untuk mengantisipasi terjadinya penularan kepada orang lain.
Sujiono menambahkan, pasien hepatitis biasanya akan diperbolehkan pulang untuk menjalani rawat jalan bila dari hasil laboratorium kimia klinik menunjukkan kandungan SGOT SGPT atau salah satu enzim liver turun dan mendekati normal.
"Kalau kadar SGOT SGPT sudah turun atau mendekati normal maka si pasien sudah diperbolehkan untuk pulang. Tapi mereka kami imbau untuk benar-bebar menjaga kebersihan diri dan lingkungan agar tidak terjadi penyebaran," jelasnya.
"Data ini sesuai dengan register yang ada di rumah sakit, sedangkan kalau untuk pasien hepatitis yang dirawat di puskesmas bukan domain kami, tapi kewenangan dari Dinas Kesehatan Trenggalek langsung," imbuhnya.
Dari data di Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkesdalduk KB) terdapat 110 warga yang didiagnosa mengalami hepatitis selama Januari hingga Juni 2019. Dari jumlah tersebut 11 di antaranya masih menjalani perawatan di beberapa puskesmas.
"Itu data mulai awal tahun dan sebagian sudah sembuh," kata Sekretaris Dinkesdalduk KB Trenggalek, Sutikno.
(fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini