Kasus Hepatitis A di Pacitan pertama kali ditemukan di Kecamatan Sudimoro, Kamis (13/6). Awalnya hanya ada 2 orang mengidap gejala kuning pada mata dan kulit. Dalam tempo singkat angkanya naik menjadi 16 orang.
Dinas Kesehatan bergerak cepat. Seluruh kekuatan diterjunkan untuk mengendalikan penularan. Tim dari Dinas Kesehatan Provinsi Jatim dan lembaga di bawah Kemenkes juga diturunkan.
Sepuluh hari kemudian angka penderita justru melonjak. Sabtu (22/6), Dinkes mencatat sebanyak 429 orang positif mengidap Hepatitis A. Tiga hari berikutnya angka itu naik menjadi 581 orang. Pemkab menetapkan status KLB (kejadian luar biasa).
"Kalau memang ini memang harus KLB, ya kita KLB," kata Bupati Indartato ditemui wartawan di depan Halking (halaman wingking) Pendopo Kabupaten Pacitan, Selasa (25/6).
Usai ditetapkan KLB, tindak lanjut penanganan hepatitis A di Pacitan melibatkan pemerintah di level lebih tinggi. Langkah tersebut diambil agar penanganan lebih optimal sehingga tidak menyebar ke kabupaten tetangga.
Meski segala upaya dikerahkan, tren peningkatan angka penderita masih terus terjadi. Rabu (26/6), jumlah penderita tercatat 701 orang. Angka itu terus merangkak naik menjadi 824 dan 877 penderita pada kurun waktu 2 hari berikutnya.
Awalnya kasus Hepatitis A di Pacitan terkonsentrasi di Kecamatan Sudimoro. Namun dalam perkembangannya, sebaran juga terjadi di wilayah tetangga. Seperti Kecamatan Ngadirojo dan Tulakan.
Bahkan belakangan penderita juga ditemukan di wilayah Puskesmas Tegalombo dan Arjosari. Padahal jarak antara lokasi temuan pertama dengan titik kasus terakhir terpaut puluhan kilometer. Bagaimana fenomena itu terjadi?
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Pacitan, Dr Eko Budiono penularan antarwilayah kecamatan itu terjadi karena mobilitas warga. Berdasarkan penelusuran, sebelum kejadian ada warga Arjosari yang menghadiri pesta pernikahan di Sudimoro.
Setelah kembali ke daerah asal mereka langsung menunjukkan gejala layaknya Hepatitis A. Semula hanya ditemukan 2 penderita. Namun 2 hari berikutnya jumlah itu naik menjadi 33 orang.
"Ada perloncatan ke kecamatan sebelah. Yaitu Tegalombo dan Arjosari. Karena itu mereka sempat berkunjung ke Kecamatan Sudimoro. Itu pola perkembangannya," terang Eko Budiono kepada detikcom, Sabtu (29/6/2019) pagi.
Eko menjelaskan meski penularan masih terjadi namun angkanya cenderung menurun. Bersamaan upaya memutus rantai serangan, pihaknya juga menurunkan tim promosi kesehatan ke 171 desa yang ada. Mereka bertugas menyosialisasikan PHBS (pola hidup bersih dan sehat).
(sun/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini